Gunung Agung Terkini
Pengakuan Warga di Sekitar Lereng Gunung Agung: Dengar Suara Gemuruh Hingga Bau Belerang
Sejumlah warga sekitar lereng Gunung Agung di radius 5 sampai 6 kilometer turun ke radius 10 hingga 12 kilometer
TRIBUN-BALI.COM- Sejumlah warga sekitar lereng Gunung Agung di radius 5 sampai 6 kilometer turun ke radius 10 hingga 12 kilometer.
Seperti di Banjar Temukus, Desa Besakih, dan Sebudi, Kecamatan Selat.
Perbekel Sebudi, Komang Tinggal menjelaskan, warga mulai turun ke bawah sejak pukul 19.00 wita lantaran dengar suara gemuruh yang kencang dan melihat lava api sekitar kawah gunung.
Baca: Breaking News: Aktivitas Gunung Agung Meningkat, 31 Penerbangan Dari dan Menuju Bali Dibatalkan
Baca: Breaking News: Warga di Sekitar Gunung Agung Kembali Mengungsi
Warga juga mencium belerang hingga radius 6 kilo meter.
"Hampir sebagian warga turun ke bawah karena takut. mungkin mereka tidur di bawah, di Desa tetangga. Warga Sebudi yang turun sekitar 300-400 KK," kata I Komang Tinggal saat di hubungi Tribun Bali, Kamis (28/7/2018) malam.
Tinggal menambahkan, warga Sebudi yang sudah turun berasal dari Banjar Sogra, Telung Buana, Sebudi, Lebih, dan Pura.
Mereka rencana tidur di Rendang Kecamatan Rendang, Sangkan Gunung Kecamatan Sideman, serta Amerta Bhuana.
"Tadi saya tanya, hampir semua mengaku takut mendengar suara gemuruh yang keras. Suaranya terdengar sampai radius 7 kilometer. Warga yang turun hanya membawa bantal, kasur lipat, pakaian. Saya rencana turun ke Sangkan Gunung," jelasnya.
Warga turun mengungsi karena takut.
Tidak ada perintah dari pemerintah daerah maupun pasebaya.
"Mereka turun karena takut. Tadi warga lihat cahaya seperti api sekitar permukaan kawah. Bau belerang sampai sekarang tercium," kata Tinggal.
Baca: Ini Link Live Streaming Pemantauan Gunung Agung
Baca: Mayat Kadek Suta Ditemukan Mengambang Dalam Tak Berbusana di Sungai Ijo Gading
Sementara itu, menurut penuturan warga Banjar Kedungdung, Desa Besakih, Karangasem, I Ketut Baru, suara gemuruh dari Gunung Agung mulai terdengar sejak Rabu (27/6/2018) pukul 23.00 Wita.
Bahkan gemuruh terjadi secara terus menerus dan masih terjadi hingga kini.
"Suara gemuruh mulai terdengar dari jam 11 malam kemarin dan sampai sekarang gemuruh terus menerus tanpa henti. Suaranya terdengar keras sekali," ucapnya saat dihubungi melalui telepon selulernya, Kamis (28/6/2018) pukul 20.45 Wita.
Untuk kondisi Gunung Agung saat ini, dijelaskan Ketut Baru, selain terdengar suara gemuruh terus menerus dan keras. Di puncak Gunung Agung terlihat kepulan asap abu-abu dan puncak Gunung Agung terlihat sinar kemerahan.
"Daerah (Banjar Kedungdung, Besakih) saya radiusnya 8 KM. Dari sini terlihat di puncak Gunung Agung muncul asap tebal dan di puncaknya terlihat sinar warna merah terang," jelas pria yang bertugas menjadi Linmas ini.
Baca: Gunung Agung Alami Peningkatan Aktivitas, Begini Kondisi Terkini Penerbangan Dari dan Menuju Bali
Karena suara t erjadinya gemuruh terus menerus, ratusan warga Banjar Temukus Besakih memilih mengungsi.
Dikatakan Ketut Baru, hingga kini warga Banjar Temukus mengungsi ke Banjar Kesungdung.
Sebagian besar pengungsi adalah anak-anak, perempuan dan orang tua.
"Karena gemuruh terus menurus dan suaranya keras, warga Banjar Temukus mengungsi. Sekarang saya masih menerima pengungsi dari Bajar Temukus, Besakih. Radius Banjar Temukus itu 3 KM,"
"Sekarang ada sekitar 200an pengungsi anak-anak, perempuan dan orang tua. pengungsi menempati banjar Kedungdung, besakih. Untuk yang laki-laki masih ada di Temukus, mungkin karena mereka punya hewan ternak. Kalau daerah kami belum terdampak hujan abu. Di daerah kami masih aman," ungkap Ketut Baru.
Terpisah, I Ketut Wenten (57), warga Banjar Kidulingkreteg, Desa Besakih mengatakan, dirinya dan keluarga tiba di Banjar Bangbang Pande, Desa Rendang, Selasa (28/6/2018) sekitar pukul 21.00 Wita.
Pakaian mereka basah kuyup, karena menerobos hujan untuk mengungsi.
Mereka merasa khawatir, karena cahaya api (glow) terus tampak dari puncak gunung agung.
"Saya mengungsi dengan keluarga besar saya. Ada tiga kepala keluarga. Semua saya ajak mengungsi, karena kami ketakutan ada api dari atas puncak," ungkap Ketut Wenten saat ditemui di pengungsiannya.
Handphone milik Ketut Wenten saat itu terus berdering.
Sanak keluarga dan kerabatnya tidak henti-hentinya menghubungi Ketut Wenten, untuk menanyakan kondisi terakhir Gunung Agung.
Kediaman dari keluarga Ketut Wenten hanya berjarak 4 kilometer dari kawah Gunung Agung.
"Kami terus merasakan gemuruh, kadang-kadang terdengar dentuman. Tapi paling kami takutkan itu, nyala api diatas puncak sangat jelas. Kami khawatir terjadi apa-apa," Jelasnya
I Ketut Wenten mengungsi dengan 11 anggota keluarganya.
Ia berangkat dari kediamannya mengendarai sepeda motor.
Mereka mengungsi membawa berbagai perlengkapan seperti selimut, karpet, bantal.
"Jam setengah dua siang, bahkan dentumannya sangat keras. Banyak orang yang dengar. Apinya pun sudah keluar dari tengah kawah, kalau dulu dari samping. Hari ini sangat terlihat jelas apinya," ungkap Wenten.(can/mit/ful).