Simpang Ring Banjar
Kekhasan Barong dan Layangan Janggan Banjar Simpangan yang Harganya Bisa Puluhan Juta
Kelompok Kreativitas Tjarank Seni Pertahankan Seni Ukir Paling Jago Buat Barong dan Layangan Janggan
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Rizki Laelani
"Sedangkan jika untuk kesakralan atau barong yang akan distanakan di Pura Kahyangan Tiga biasanya tidak menentu tergantung yang memesan,” ungkapnya saat dijumpai di rumahnya, Jumat (17/8/2018).
Harga sebuah barong ditentukan oleh ukuran dan bahan yang digunakan.
Bogi menyebutkan, apabila menggunakan bahan kulit, harganya sekitar Rp 18 juta untuk Barong Buntut.
Jika bahan dasar kertas solek, harganya sekitar Rp 10 juta.
Barong Ket atau barong yang biasanya disakralkan harganya mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta.
Dan biasanya dipesan oleh Desa Adat untuk distanakan di Pura Kahyangan Tiga.
“Tapi untuk saat ini sementara masih lebih banyak barong yang komersil,” katanya.
Lulusan Universitas Pendidikan Ganesha ini mengatakan untuk layangan janggan, pemesannya berasal dari seluruh Bali, kecuali Buleleng dan Bangli sebab di kedua kabupaten ini, aktivitas atau event lomba layangan masih jarang dilaksanakan.
“Layangan Janggan sudah banyak sekali yang memesan di sini, karena penikmatnya sangat banyak."
"Di samping itu juga semua kabupaten sudah memiliki komunitas masing-masing,” terangnya sembari memainkan pahatnya untuk membuat payasan Barong.
Pemesanan Layangan Janggan biasanya dimulai dari bulan Juli hingga Oktober karena musim lomba layangan.
Dia menyebutkan, ukuran Layangan Janggan mulai dari 1.5 meter hingga 7 meter. Ukuran yang paling dominan dipesan oleh konsumen adalah ukuran 3-4 meter karena merupakan ukuran normal atau ideal.
“Harganya juga mengikuti kualitas dan bahan yang diinginkan konsumen, Biasanya kualitas yang bagus sampai Rp 10 juta komplit dari kepala sampai ekor, dengan ukuran 1.5 meter itu,” jelasnya.
Selain kerajinan tersebut, Bogi juga kerap menerima pesanan payasan ogoh-ogoh.
“Setelah layangan, biasanya pesanan banyak untuk ogoh-ogoh mulai dari tapel, gelungan dan payasan lainnya lagi,” ujarnya.
Bogi berharap, kreativitas seni ini akan tetap tumbuh di kalangan masyarakat, khususnya Banjar. Menurutnya dengan melestarikan adat, seni, dan budaya daerah setempat, merupakan wujud pembangunan bangsa.