Simpang Ring Banjar
Tradisi Tiap Umanis Kuningan, Tanamkan Jiwa Kesatria dengan Siyat Sampian
Krama Wargi Pemecutan memiliki tradisi unik yang dilakukan setiap Umanis Kuningan. Tradisi itu bernama siyat sampian (perang sampian)
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Krama Wargi Pemecutan memiliki tradisi unik yang dilakukan setiap Umanis Kuningan.
Tradisi itu bernama siyat sampian (perang sampian).
Sesuai namanya, dalam ritual ini krama akan saling melemparkan sampian (sejenis jejahitan yang terbuat dari janur).
Tujuan ritual ini tak lain untuk menolak bala, serta menanamkan jiwa ksatria bagi masyarakat yang terlibat.
Wargi Pemecutan yang tinggal di Banjar Busung Yeh Kangin pun tak ketinggalan ikut serta.
“Sebagian warga Banjar Busung Yeh Kangin adalah bagian dari Wargi Pemecutan. Dari total 124 krama wed, 90 di antaranya adalah Wargi Pemecutan,” ungkap Kelian Adat Banjar Busung Yeh Kangin, I Nyoman Gede Sidakarya.
Keberadaan Wargi Pemecutan ini tidak bisa lepas dari posisi banjar yang dekat dengan Puri Pemecutan.
“Banjar Busung Yeh Kangin sejak awal beranggotakan masyarakat yang berasal dari berbagai tempat, tidak hanya satu kelompok. Banjar adalah tempat kami untuk berbaur dan bercengkrama. Ketika sudah berada dalam lingkup banjar, kami adalah kesatuan. Tidak lagi membawa nama kelompok atau pun daerah asal,” jelas dia.
Banjar pun kini menjadi tempat untuk melakukan berbagai aktivitas, misalnya suka-duka, seni budaya, olahraga, hingga keorganisasian.
Banjar Busung Yeh Kangin memiliki kelompok tabuh bernama Sunari Gita.
Kelompok ini berdiri sekitar tahun 2000-an.
Nyoman Sidakarya termasuk anggota awal perkumpulan ini.
Menurut dia, Sunari Gita didirikan untuk melengkapi kegiatan upacara di banjar.
Keanggotaannya tidak mengikat dan bisa diikuti krama Banjar Busung Yeh Kangin dari berbagai golongan.
Orang dewasa, pemuda, anak-anak, hingga wanita bisa ikut megambel bersama.