Beredar Log Book Pesawat Lion Air JT 610 yang Jatuh, Otoritas Bandara Bali Akui Ada yang Aneh

Beredar Log Book Pesawat Lion Air JT 610 yang Jatuh, Otoritas Bandara Bali Akui Ada yang Aneh

Tribun Bali/Dwi S
Ilustrasi Pesawat tenggelam 

TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Beredar foto laporan harian teknisi atau log book dari pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP satu hari sebelum hilang kontak dan jatuh di Perairan Tanjung Karawang Jawa Barat.

Pada laporan tersebut terdapat catatan adanya kerusakan teknis pada pesawat Boeing 737 Max 8 saat menerbangi rute Denpasar ke Jakarta dengan nomor penerbangan JT-43.

Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV Bali Nusra, Herson angkat bicara dan menanggapi hal tersebut.

Baca: Hotman Paris Perang Mulut dengan ABG Cantik ini di Depan Publik, Hotman Ngaku Kewalahan

“Dokumen itu dari mana dulu. Dokumen-dokumen yang beredar itu sebetulnya dokumen harian daripada teknisi. Sekarang kok bisa beredar kemana-kemana,” ucap Herson, Jumat (2/11/2018).

Ia menegaskan memang dokumen-dokumen tersebut otentik tetapi itu adalah dokumen-dokumen teknisi yang harusnya tidak bisa menyebar kemana-mana.

“Yang hanya bisa membaca itu hanya orang-orang penerbangan. Kemudian kalau dikaitkan dokumen itu dengan kerusakan pesawat. Sebetulnya itu sudah clear yang artinya pesawat itu sudah oke untuk bisa diterbangkan. Atau teknisi sudah menanganinya,” tegasnya.

Baca: Ngayah Berubah Duka, Ketut Redana Tak Sadarkan Diri Sejak Pukul 09.00 Wita

Ia menambahkan dari membaca dokumen tersebut sudah sesuai dengan standar operasi prosedurnya teknisi sudah melakukan tindakan terhadap apa yang dilaporkan pilot sebelumnya.

“Artinya pesawat itu sudah laik terbang,” tegas Herson menegaskan dan menanggapi hal tersebut.

Herson pun mencontohkan secara mudah saat kita melakukan perjalanan menggunakan mobil dan begitu sampai di tujuan pertama namun kita merasakan kemudinya kurang enak terlalu ke kiri.

Baca: Polwan 23 Tahun Dirudapaksa 2 Letkol dan 1 Mayor, Aksi Bejat itu Berlangsung Sepanjang Malam

Lalu memperbaikinya ke bengkel, artinya mobil tersebut sudah clear untuk melanjutkan perjalanan.

Kemudian melanjutkan perjalanan kembali dari bengkel tersebut menuju tujuan kedua.

Lion Air JT 610 Sempat Terbang Selama 13 Jam Dalam Sehari Sebelum Jatuh ke Laut

Sebelum akhirnya pada Senin (29/10/2018) lalu hilang kontak dan dipastikan jatuh di perairan Tanjung Pakis Karawang Jawa Barat, pesawat tersebut Minggu malam nya menerbangai rute Denpasar menuju Jakarta dengan menggunakan nomor penerbangan berbeda yakni JT-43.

Dari flight record pesawat bernomor registrasi PK-LQP tersebut yang dikutip dari flightradar24, sebelum menerbangi rute Denpasar-Jakarta.

Baca: Fakta Baru, Lion Air JT 610 Sempat Terbang Selama 13 Jam Dalam Sehari Sebelum Jatuh ke Laut

Pesawat Boeing 738 Max 8 tersebut pada hari yang sama menerbangi rute Manado menuju Denpasar JT-775 dijadwalkan lepas landas 06.40 WITA namun aktual time takeoff pukul 07.51 WITA.

Pada hari Sabtu 27 Oktober 2018 PK-LQP menerbangi schedule rute yang cukup panjang, yakni menggunakan nomor penerbangan JT-2748 rute Tianjing-Manado, JT-775 Manado-Denpasar, JT-776 Denpasar-Manado, JT-828 Denpasar-Lombok, dan JT-829 Lombok-Denpasar lalu bermalam di Bandara I Gusti Ngurah Rai.

Jika dilihat dari jam terbang pada satu hari tersebut, kurang lebih 13 jam terbang. 

Sementara pada hari Jumat 26 Oktober 2018, menerbangi rute sebelumnya Manado-Tianjin yang dilanjutkan pada esok harinya tanggal 27 Oktober Tianjin-Manado.

Curhatan Seorang Sahabat Pramugari Training Lion Air, Menyesal Karena Tak Dukung Keinginan Tia

Seorang pramugari training, Trianingsih Putri Van Ende, menjadi salah satu korban pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/30/2018) lalu.

Duka dirasakan oleh orang-orang terdekat pramugari training Trianingsih Putri Van Ende yang jadi korban pesawat Lion Air yang jatuh tersebut, termasuk salah satunya seorang Youtubers, Shely Che.

Shely Che merupakan sabahat dari sang pramugari training bernama Trianingsih Putri Van Ende yang akrab disapa Tia.

Ketika kejadian, nama Tia memang tidak tercantum dalam daftar kru karena statusnya dan 2 teman lainnya masih training.

"Dia (Tia) itu masih karyawan training, dia masih baru gabung Lion Air dan masih belum jadi kru, makanya dia belum masuk list kru pesawat. Karena dia masih training dan dia duduk di sebelah karyawan training lainnya ada 3 orang," kata Shely Che, dilansir dari video unggahan kanal YouTube Shely Che yang berjudul 'UNTUK SAHABATKU - Tragedi Jatuhnya Pesawat LION AIR JT610', Kamis (1/11/2018).

Shely tak mengira jika Tia adalah salah satu orang yang berada di pesawat Lion Air JT 610 tersebut.

Merasa khawatir, Shely segera mengirimkan pesan singkat kepada Tia untuk menanyakan pesawat Lion Air yang jatuh.

Shely mengirim pesan pukul 09.53 WIB namun pesan tersebut masih bertanda centang satu atau tak sampai kepada penerima.

Shely kembali mengirim pesan pukul 12.45 WIB kepada Tia, namun masih tak ada tanda- tanda terkirim.

Shely juga menceritakan pertemuan terakhirnya dengan Tia, 3 hari sebelum peristiwa nahas menimpa sahabatnya.

Jumat (26/10/2018), Shely Che bertemu dengan Tia di sebuah pusat perbelanjaan.

Saat itu Shely Che mengatakan nyaris tak bisa bertemu Tia karena padatnya jadwal sang sahabat tersebut.

Shely ingat jika sikap Tia memang menunjukkan gelagat berbeda dari biasanya ketika itu.

Biasanya Tia tak pernah memaksakan keadaan dan me-reschedule pertemuan jika memang tidak bisa meet up.

Namun saat itu Tia tampak lebih memaksakan diri ingin bertemu Shely Che meski dia baru pulang jam 20.30 malam sementara mall akan segera tutup pukul 22.00.

"Tapi di situ Tia ngotot banget pengen ketemu aku, dia bilang 'aku masih bisa sama kamu sampai jam 11, aku udah pesan grab' segala macamnya dan dia pengen banget ketemu aku jadi aku tungguin," ujar Shely Che.

Pada pertemuan terakhirnya itu, Shely Che mendengar banyak cerita dan keluh kesah Tia selama 7 bulan menjadi pramugari training di Lion Air.

Shely Che pun mengungkapkan sebenarnya Tia sudah tidak kuat menjalani hidupnya sebagai pramugari training Lion Air.

Tia sempat berkeluh kesah dan meminta pendapat ingin berhenti bekerja sebagai training pramugari Lion Air.

Tak hanya soal gaji, Tia juga mengeluhkan masalah senioritas pramugari di maskapai Lion Air.

"Dia sempat bilang ke aku, dia sudah nggak kuat, 'Shely aku pusing keuangan aku keganggu dan aku belum jelas kapan dapat sertifikat pramugarinya'," lanjutnya.

Shely pun menceritakan Tia sempat diminta pulang dan batal terbang karena memakai syal.

Padahal Tia memakai syal di basecamp pramugari Lion Air, bukan di bandara.

"Dia pernah disuruh pulang, ngga jadi flight gara-gara cuma pakai syal di basecamp, ya cuma di basecamp, ngga di airport atau perjalanan ke airport.

Cuman di basecamp karena dia kedinginan dan itu jam tiga pagi dan dia pakai syal terus seniornya marah katanya ngga boleh dan dia ngga jadi terbang saat itu," sambungnya.

Shely Che mengatkan Tia terlihat tertekan, tapi Shely selalu berusaha mendukung jerih payah Tia yang memang sudah dari lama ingin menjadi seorang pramugari.

Namun peristiwa jatuhnya Lion Air JT 610 ini membuat Shely menyesal.

Jika waktu dapat diputar kembali, Shely tentu akan mendukung keputusan Tia untuk berhenti menjadi pramugari.

Sayangnya, peristiwa ini sudah terjadi dan Shely hanya bisa mendoakan serta meminta maaf atas nama sahabatnya jika ada kesalahan.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved