Patahkan Stigma Kawasan Penuh Sampah, Pemuda Yeh Tengah Bentuk Relawan Kebersihan
Kondisi lingkungan yang penuh sampah, dinilai mencoreng citra pariwisata Bali yang berbasis alam dan budaya
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Budiarti
Minimnya kesadaran akan kebersihan ini mengakibatkan infrastruktur penanganan sampah, seperti tong sampah, yang seharusnya bisa disediakan sendiri oleh masing-masing warga, menjadi barang yang sangat langka.
“Ada berbagai faktor yang menjadikan banjar kami rawan sampah. Mereka (masyarakat) bukannya tak tahu sampah itu berbahaya, tapi memang kesadarannya masih minim. Selain itu kami juga mendapat sampah kiriman melalui sungai dari desa tetangga,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, sampah plastik yang berhasil dikumpulkan para reawan ini relatif ‘mencengangkan’.
Hanya dalam jarak beberapa langkah saja, sampah yang terkumpul sudah mencapai 1 karung beras.
Pihaknya berharap, terbentuknya YCC dan aksi nyata yang dilakukan bisa menggerakkan masyarakat supaya menjaga lingkungan.
Ketua Yayasan Trash Hero Indonesia, I Wayan Aksara mengaku bersyukur saat ini banyak generasi muda di setiap banjar yang mulai peduli terhadap lingkungan.
Pihaknya berharap komunitas-komunitas kebersihan yang terbentuk, fokus pada aksi kebersihan dan jangan sampai ditumpangi kepentingan politik ataupun finansial.
Sebab hal tersebut rentan memecah komunitas.
“Pemuda harus bangkit, kita harus memerangi permasalahan lingkungan. Jangan bangga jadi nak Bali, jika kita justru merusak Bali dengan tidak menjaga kelestarian lingkungannya,” tandasnya. (*)