Liputan Khusus

Usai Melahirkan Lalu Dicerai, Dilema Kewajiban Ibu Hamil Tes HIV/AIDS  

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mewajibkan semua ibu hamil harus tes HIV untuk menekan jumlah penularan HIV dari ibu ke anak

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Irma Budiarti
Kompas.com
Ilustrasi 

Baru-baru ini, yayasan yang beralamat di Jalan Ciung Wanara Renon, Denpasar, ini kedatangan klien yang cek cok dengan pasangannya setelah istrinya ketahuan positif HIV/AIDS.

“Sebelumnya ada beberapa yang cerai. Tapi itu sudah agak lama. Yang terbaru, ada juga yang datang ke sini karena bermasalah setelah yang perempuan positif dan laki-lakinya negatif,” kata Fais Abdilah, salah satu pendamping di Yakeba.

Namun, kata Fais, ada juga pihak suami yang justru semakin sayang setelah mengetahui istrinya positif HIV.

“Jadi tidak semua bermasalah. Ada juga yang makin sayang,” imbuhnya.

Pihak suami yang melakukan diskriminasi terhadap istrinya yang positif HIV, menurut Fais, karena pihak suami sebetulnya tidak mengetahui dengan benar apa itu HIV dan bagaimana cara penularannya.

Dikatakan Fais, orang yang positif HIV belum tentu karena efek perilaku.

Bisa juga ditularkan oleh suami, bisa juga karena ditularkan oleh orang tuanya pada saat mengandung.

“Dan HIV ini tidak jauh beda dengan penyakit lain. Misalnya diabetes. Diabetes kan sama, minum obat seumur hidup, bahkan pola makan harus dijaga. Nah kalau HIV pola makan masih bisa bebas. Kalau sudah minum obat ARV dia bisa normal, dan tidak mudah menularkan,” jelas Fais.

ODHA Bayi

Sementara itu, pendamping Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk masyarakat umum di Yayasan Kerti Praja, AA Putu Katon mengungkapkan, di Bali ada sejumlah keluarga ODHA, mulai dari usia baru lahir hingga SMA.

Mereka telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena HIV/AIDS.

Hal ini terjadi karena dulunya belum ada program wajib tes HIV bagi ibu hamil seperti sekarang, sehingga orang tua yang positif HIV otomatis menularkan ke anaknya saat proses kehamilan.

“Saya kasihan sekali melihatnya. Bayangkan anak-anak kecil balita itu sudah kena HIV. Anak balita yang tidak kena HIV saja sudah rentan sakit, apalagi yang kena. Makanya pendampingannya harus ekstra kalau yang begitu,” kata Katon.

ODHA anak-anak yang telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya ini, kata Katon, rata-rata diasuh oleh nenek atau kakeknya di rumah.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika si anak sudah usia sekolah, dikhawatirkan si anak lalai meminum obat.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved