Sponsored Content
Kisah Terciptanya Minyak Kutus-kutus, Produksinya Kini Capai 2 juta Botol Tiap Bulannya
Kini siapa yang tidak mengenal Minyak Kutus Kutus, minyak oles yang di produksi oleh PT. Tamba Waras ini ditemukan oleh Servasius Bambang Pranoto
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Alfonsius Alfianus Nggubhu
TRIBUN BALI.COM, GIANYAR - Kini siapa yang tidak mengenal Minyak Kutus Kutus, minyak oles yang di produksi oleh PT. Tamba Waras ini ditemukan oleh Servasius Bambang Pranoto pada tahun 2012 lalu di sebuah desa kecil bernama Bona yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali.
Setelah Bambang resign dari sebuah perusahaan di Belanda, ia mewariskan semua hartanya untuk istri dan anaknya. Lalu memutuskan untuk tinggal mengembara di Gianyar, hingga akhirnya kecelakaan menimpa dirinya saat Bambang Pranoto tengah mencari daun sayur kangkung di sawah untuk memasak, ia terperosok ke dalam jurang tahun 2011.
Kecelakaan ini mengakibatkan kelumpuhan pada kedua kakinya namun tidak membuatnya kecewa dan putus asa. Terinspirasi membuat minyak untuk mengobati kelumpuhannya tersebut dengan kemampuan dan bahan alami yang seadanya di sekitar rumahnya.
Pria asal Klaten Jawa Tengah ini meracik sendiri berbagai tanaman obat dan beberapa bahan lainnya untuk menjadi sebuah minyak.
“Sakit itu sesuatu yang ada di diri kita. Yang mengatakan diri kita perlu perhatian. Setelah perenungan panjang saya berinisiatif membuat minyak. Kenapa saya membuat minyak? Karena pengalaman kecil kalau sakit apa di kasih minyak. Dan dinamakan minyak kutus-kutus,” tutur Bambang Pranoto, Rabu (5/12/2018) saat di temui Tribun di Pabrik Tamba Waras, Jl. Sawo, Bitera, Gianyar.
Dan minyak tersebut setelah saya pakai selama tiga bulan akhirnya menyembuhkan lumpuh yang saya alami. Lalu selanjutnya minyak tersebut dipakai teman-teman dan kerabat dekat seperti anaknya yang susah BAB atau buang air besar selama tiga hari dan diberi segala macam obat tidak berhasil lalu di beri minyak yang kini minyak kutus kutus namanya langsung sembuh dan lancar BAB-nya.
“Teman di Bandung juga memiliki sakit Kanker yang tidak ada obatnya saya kasih coba memakai minyak ini lalu ada recovery dan saya dengar sekarang sudah sembuh. Lalu ada teman yang mengusulkan untuk, saya saat itu agak tidak terlalu rela karena ini dapat dari sebuah pencarian dan dapatnya gratis. Rasanya kalau dijual itu tidak baik. Tapi di suatu pemikiran sesuatu yang gratis itu tidak akan dihargai dan mencoba menjualnya,” ungkapnya.
Pada tahun 2012 beliau pun bereksperimen kembali untuk mengembangkan minyak ini dikarenakan saat itu minyak kutus kutus yang kini dikenal baunya tidak enak, membuat kotor, lengket.
“Pokoknya yang pertama saat itu minyaknya tidak enak. Di konsumsi atau digunakan banyak orang tidak nyaman. Khasiatnya tetap sama tetapi menyenangkan atau nyaman di gunakan orang lain, aromanya enak, tidak lengket dsb. Secara teknis enak di pakai. Baru pada tahun 2013 di produksi masal,” paparnya.
Asal muasal nama kutus kutus didapat oleh pria berusia 60 tahun lebih ini saat ia berada di Pura Tampak Siring.
“Disana saya dapatkan nama Kutus Kutus. Di tahun 2013 itu kita produksi awal hanya 500 botol dengan packaging yang tidak menyenangkan karena saya mau cari gampangnya pakai botol kaca yang seperti botol jin kalau di gosok keluar jin nya,” ucap Bambang sambil tertawa kecil mengibaratkan sebuah botol awal kutus-kutus.
Hingga pada akhirnya botol tersebut di ganti dengan packaging lebih menarik dan memiliki nilai jual. Dan promosi melalui media sosial khususnya fanspage facebook baru terasa masyarakat mengenal dan membeli guna ingin menyembuhkan penyakitnya.
Naik produksi dari 500 botol ke 600, ke 1000 botol, 1500 dan seterusnya. Seiring suksesnya minyak kutus kutus banyak di beli masyakarat saat itu ternyata dimanfaatkan oleh distributor utama yang ditunjuk sebelumnya oleh Bambang Pranoto tak lain teman nya meracik ulang minyak tersebut.
“Begitu saya meminta teman saya untuk mengurusi distribusi, promosi dan lain-lain. Diharapkan dari distributor tersebut akan lebih besar dan ingin berbagi dengan pihak lain untuk membesarkan ini. Ternyata diam-diam dia (distributor utama) ini mempersiapkan membuat minyak sendiri. Pada 1 Juli 2016 itu saya putuskan tidak bekerjasama lagi, dan pada 15 Juli 2016 mereka melaunching minyak miliknya,” paparnya.
Bambang Pranoto mengumpulkan seluruh resellernya dari berbagai daerah di Indonesia pada 28 Juli 2016. Dan sepakat meneruskan penjualan minyak kutus kutus bersama saya. Dan penjualan langsung di take over oleh Tamba Waras (Perusahaan yang memproduksi Minyak Kutus Kutus).