Simpang Ring Banjar
Kisah Banjar Khusus Kaum Brahmana di Bangli, Ditemukan Jejak Ida Bhatara Sakti Wawu Rauh
Banjar Brahmana Bukit, Kelurahan Cempaga Bangli ini merupakan banjar khusus bagi kaum brahmana yang terdiri dari 216 Kepala Keluarga (KK)
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Banjar Brahmana Bukit, Kelurahan Cempaga Bangli ini merupakan banjar khusus bagi kaum brahmana yang terdiri dari 216 Kepala Keluarga (KK).
Keberadaan banjar Brahmana Bukit tidak terlepas dari perjalanan suci Ida Bhatara Sakti Wawu Rauh (Danghyang Nirartha) yang merupakan leluhur warga setempat.
Kelihan Banjar Brahmana Bukit, Ida Bagus Ngurah Gde mengatakan, berdasarkan cerita secara turun-temurun dari para tetua, Ida Bhatara Sakti Wawu Rauh sebelum menuju Pura Uluwatu sempat singgah sejenak untuk melihat Pura Uluwatu dari kejauhan tepatnya di Pura Geria Sakti Bukit Bangli.
“Ini terbukti dari ditemukannya palinggih di dalam palinggih candi yang merupakan tempat pemujaan beliau. Karenanya palinggih candi tersebut oleh tetua-tetua kami disebut sebagai Cudamani, atau cikal bakal keberadaan Pura Geria Sakti Bukit Bangli,” jelasnya.
Banjar Brahmana Bukit, lanjut Ida Bagus Ngurah Gde, bisa dikatakan sudah ada sejak abad ke-17, atau sekitar tahun 1650 silam.
Pembuktian tahun sebagai cikal bakal banjar, diketahui dengan penemuan sebuah cawan saat merestorasi bangunan palinggih pada 10 Juli 2017.
Restorasi ini sebagai peningkatan volume sebab bangunan palinggih dulunya berbentuk sederhana.
Di samping itu, restorasi juga bertujuan untuk meningkatkan kekuatan bangunan, sebab dinilai kurang kokoh lantaran sebelumnya bangunan tidak menggunakan semen.
Terdapat dua bangunan palinggih yang direstorasi, yakni Palinggih Sanggar Tawang dan Palinggih Candi.

Pada saat merestorasi bangunan Palinggih Candi inilah cawan tersebut ditemukan.
“Selain cawan, juga ditemukan banyak uang kepeng.
Berdasarkan penelitian dari pihak arkeologi Denpasar, disebutkan bahwa Cawan berasal dari China tepatnya dari era Dinasti Ming yakni abad 17 atau sekitar tahun 1650 an,” tuturnya.
Jauh sebelum kemerdekaan yakni pada abad 19, Banjar Brahmana Bukit dulunya merupakan bagian dari Banjar Gunaksa.
Wilayah ini dulunya hanya dihuni oleh 33 ayahan adat, terbukti dari jumlah tangga batu padas menuju pura yang berjumlah 33 anak tangga.
Baru pada awal tahun 1900an, wilayah Banjar Brahmana Bukit akhirnya berdiri sendiri, dan hingga kini sudah berkembang menjadi 42 Ayahan Adat dengan 216 KK yang seluruhnya merupakan warga semeton brahmana dengan jumlah pedanda lanang istri sebanyak 30 Pedanda.