Kisah Nyoman Murdi, Tukang Foto Keliling di Tanah Lot yang Kian Tak Dilirik Wisatawan
Era digital yang demikian canggih menyebabkan jasa tukang foto keliling mulai ditinggalkan
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Belasan fotografer atau tukang foto keliling di DTW Tanah Lot, Tabanan, tampak sibuk menawarkan paket sekali foto kepada wisatawan asing maupun domestik, Minggu (30/12/2018).
Satu persatu wisatawan pun mereka disambangi. Sayangnya, era digital yang demikian canggih menyebabkan jasa tukang foto keliling mulai ditinggalkan.
Para wisatawan lebih memilih selfie dengan kamera handphone daripada menggunakan jasa foto yang ditawarkan tukang foto keliling.
Salah satu tukang foto keliling di DTW Tanah Lot, Nyoman Murdi (58) mengisahkan hal tersebut.
Murdi menuturkan dirinya sudah menjadi tukang foto keliling sejak dua puluh tahun silam.
Semula, ia memilih menjadi tukang foto keliling untuk menyalurkan hobinya. Bahkan, sebelum menginjak tahun 2000-an, ia sempat kebanjiran pesanan foto.
Menggunakan pakaian adat madya, pria asal Banjar Batugaing, Desa Beraban, Tabanan ini melanjutkan, dirinya pertama kali menggunakan kamera polaroid pada tahun 1997.
Kemudian ia beralih menggunakan kamera digital Kodak 4R. Karena perkembangan teknologi, iapun kembali beralih menggunakan kamera digital yang bisa langsung cetak dengan printer.
"Dahulu sebelum tahun 2000-an, tukang foto keliling banyak diburu wisatawan untuk mengabadikan momen berharga ketika mengunjungi salah satu daerah wisatawan seperti di sini (Tanah Lot)," tutur Murdi.
"Semenjak ada hape-hape isi kamera, pesanan foto sangat berpengaruh. Sekarang sudah sangat turun peminatnya, semua sudah pakai hape sendiri," keluhnya.
Dulu, kata dia, rata-rata perhari bisa mendapat pesanan foto mencapai 75 sampai 100 orang dari para wisatawan. Per lembar foto yang telah dicetak ia jual seharga Rp 10 ribu.
Namun kini, Murdi mengaku cukup susah menggaet wisatawan agar mau menggunakan jasa potretnya. Perharinya hanya 2 sampai 3 orang. Kadang, ia tidak mendapat peminat sama sekali.
"Meskipun banyak wisatawan yang datang karena musim liburan, tetapi tidak berpengaruh pada kami. Hanya ada beberapa yang menggunakan jasa kami," ungkapnya.
Murdi mengatakan, meskipun zaman digital saat ini begitu merajalela dan mengakibatkan penurunan permintaan, ia tak menyerah.
Meski terik menyengat, ia tetap keliling menawarkan jasa foto bagi para wisatawan sembari menenteng kamera.
"Saya tetap akan bekerja seperti ini meskipun zaman sudah berbeda," tukasnya sembari menyebutkan saat ini masih ada sekitar 85 orang tukang foto keliling di DTW Tanah Lot. (*)