WIKI BALI
TRIBUN WIKI: 10 Jenis Barong yang ada di Bali
Barong merupakan makhluk mitologis yang dalam budaya bali disimbolkan sebagai kekuatan dharma atau kebaikan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Barong merupakan makhluk mitologis yang dalam budaya bali disimbolkan sebagai kekuatan dharma atau kebaikan.
Dalam pementasan biasanya barong disandingkan dengan rangda yang merupakan lambang adharma atau kebatilan dan mereka akan melakukan peperangan.
Barong biasanya ditarikan oleh dua orang penari, dimana penari didepan bertugas untuk menggerakkan topeng atau tapel barong.
Namun ada pula satu barong ditarikan oleh satu orang seperti barong landung dan barong brutuk.
Berikut 10 jenis barong versi Tribun Bali.
1. Barong Bangkung

Barong Bangkung juga disebut sebagai Barong Bangkal.
Disebut barong bangkung dikarenakan bentuk tapelnya menyerupai babi hutan dengan taring yang panjang.
Barong jenis ini sering digunakan dalam acara ngelawang barong saat Umanis Kuningan atau sehari setelah kuningan oleh anak-anak dengan jalan berkeliling jalan desa yang diiringi dengan gambelan.
2. Barong Brutuk
Barong Brutuk atau Ratu Brutuk merupakan tradisi khas Desa Terunyan, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Tarian ini merupakan ilen-ilen (hiburan) dalam rangkaian upacara purnamaning kapat lanang yang digelar tiap dua tahun sekali.
Barong ini menggunakan tapel dari batok kelapa dengan rambut atau bulu-bulunya terbuat dari kraras atau daun pisang tua.
Tarian ini merupakan simbol pertemuan purusa dan pradana atau penyatuan akasa dan pertiwi (langit dan bumi), yang dipercaya memberikan kesuburan dan kesejahteraan alam semesta beserta isinya.
Tari sakral ini juga merupakan simbol pertemuan Ida Ratu Sakti Pancering Jagat dengan Ida Ratu Ayu Dalem Dasar.
Ratu Sakti sesungguhnya merupakan seorang pengembara dari kerajaan Dalem Solo.
Menurut cerita, ia diperintahkan sang raja untuk mencari aroma wangi yang tercium hingga tanah Jawa bersama dengan tiga orang pengembara lainnya.
Namun dalam perjalanan, satu demi satu pengembara tersebut tidak melanjutkan perjalanannya hingga tersisa seorang pengembara.
Setibanya, ia bertemu dengan seorang dewi yang bertahta dan berkuasa di Terunyan.
Aroma harum tersebut berasal dari sang dewi.
Pengembara jatuh cinta dan menikahi sang dewi.
Setelah menikah, pengembara tersebut bergelar Ratu Sakti Pancering Jagat.
Sedangkan sang dewi bergelar Ratu Pingit Dalem Dasar.
Mereka yang menarikan Ratu Brutuk Jero adalah laki-laki yang masih perjaka berusia 15 hingga 25 tahun.
Mereka berasal dari dari lima banjar adat yang adat di Desa Terunyan, yakni Banjar Adat Terunyan, Banjar Adat Madia, Banjar Adat Bunut, Banjar Adat Puseh, dan Banjar Adat Mukus.
Para teruna tersebut harus menyucikan diri dari hawa nafsu selama 15 hari di pura, yakni mulai dari tilem hingga purnama dengan cara tidak boleh berhubungan dengan wanita (gadis).
Bilamana pantangan dilanggar, akan berakibat buruk pada teruna tersebut.
3. Barong Macan
Selain menggunakan Barong Bangkung atau Barong Bangkal, prosesi ngelawan juga biasa menggunakan barong macan.
Barong ini juga ditarikan oleh dua orang dan diiringi dengan gambelan untuk berkeliling di jalan desa.
Bentuk tapelnya menyerupai kepala macan sehingga disebut sebagai barong macan.
4. Barong Landung
Keberadaan barong ini tak bisa dipisahkan dari cerita Raja Jaya Pangus dari Kerajaan Balingkan dengan putri China Kang Cing We.
Diceritakan Raja Jaya Pangus jatuh hati pada Kang Cing We, sehingga mereka memadu kasih di Bali.
Tetapi setelah menjalani pernikahan, mereka tidak dikaruniai anak.
Raja Jaya Pangus pun berinisiatif untuk bersemedi di Alas Batur agar mendapatkan anugerah anak.
Dari sanalah awal mula kutukan yang diterima Raja Jaya Pangus hingga menjadi Barong Landung.
Setelah Raja Jaya Langus bersemedi di Alas Batur bertemulah ia dengan Dewi Danu.
Jaya Pangus terpesona dengan kecantikan Dewi Danu dan mereka memadu kasih.
Kemudian disusulah Jaya Pangus oleh Kang Cing We dan terjadilah keributan.
Mengetahui hal ini turunlah Bhatari Batur dan mengutuk Jaya Pangus dan Kang Cing We menjadi barong landung.
5. Barong Ket
Saat ada pemenrasan Calonarang ataupun tarian barong rangda, maka akan ditemui jenis barong ini.
Barong ini sangat tinggi dengan bulu lebat yang terbuat dari serat pandan dan ijuk.
Selain Barong Ket, banyak yang menyebut dengan sebutan Barong Keket.
Jika dilihat dari bentuknya barong ini merupakan perpaduan antara macan, singa, sapi dan naga.
Barong ini ditarikan oleh dua orang penari.
6. Barong Asu
Kepala barong ini berbentuk seperti kepala anjing sehingga disebut sebagai barong asu.
Barong ini bisa ditemui di beberapa desa di Badung dan Tabanan.
Biasanya barong ini juga digunakan untuk ngelawang.
Seperti jenis barong ket maupun barong bangkung, barong ini juga ditarikan oleh dua orang penari.
7. Barong Gajah
Tapel barong ini menyerupai kepala gajah.
Hal itulah yang membuatnya disebut sebagai barong gajah.
Barong ini ada di daerah Gianyar, Bangli, Tabanan, maupun Badung.
8. Barong Sampi
Kepala barong ini menyerupai kepala sapi jantan. Barong ini dipentaskan saat Galungan dan Kuningan.
9. Barong Kedingding
Barong ini juga disebut sebagai barong nongnongkling atau barong blasblasan.
Tapel atau topeng barong ini mengambil tokoh dalam wiracarita Ramayana yanh diiringi gambelan bebarongan.
10. Barong Dawang-dawang
Barong ini biasanya digunakan saat upacara pengabenan di Buleleng. Barong ini merupakan variasi dari barong landung. (*)