Pernah Lihat Tawon Jenis Ini? Waspada 7 Orang Sudah Meninggal Setelah Disengat
Tawon jenis Vespa affinis, warga lokal menyebutnya sebagai tawon endas atau tawon ndas, membuat warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, resah.
Mengapa Klaten?
Anda mungkin bertanya-tanya: Bila bisa ditemukan di mana-mana, mengapa kasus penyerangan tawon ndas terhadap manusia begitu masif di Klaten?
Hari berkata bahwa pengaruhnya ada macam-macam. Meski demikian, ia tidak percaya bahwa ini merupakan akibat dari ledakan populasi tawon ndas.
Baca: 11 Tahun Menikah Tanpa Pernah Bulan Madu dan Berhubungan Seks, Alasannya Justru Bikin Haru
Baca: Tolak Disebut Bisnis Prostitusi, Ini Kehidupan Sugar Daddy&Sugar; Babies, Banyak Kalangan Mahasiswi
Baca: Harga Tanah Tak Semahal Dulu, Tahun 2019 Dinilai Waktu Tepat Berinvestasi di Bali
“Saya tidak mau menyimpulkan demikian karena sudah sejak lama tawon ini ada di mana-mana, dan tidak aneh kalau dia bersarang di seputaran pemukiman,” katanya.
Lagipula, serangan tawon ndas juga tidak hanya dilaporkan di Klaten saja.
Hari menuturkan bahwa keberadaan sarang tawon ndas juga sudah dilaporkan di Solo, Sukoharjo, Boyolali, dan juga Sragen.
Namun, hasil pemetaan sarang tawon yang dilakukan oleh Hari memang menunjukkan bahwa hewan ini telah melingkupi seluruh dataran rendah Klaten, khususnya Klaten timur.
Hari juga membandingkan peta tersebut dengan peta tata guna lahan di Klaten.
Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik dari Klaten yang seperti kota kecil lainnya, yaitu grup-grup pemukiman yang dikelilingi oleh lahan pertanian, adalah tempat habitat yang bagus bagi tawon ini untuk berkembang biak.
Pasalnya, V affinis adalah tawon predator yang memangsa larva serangga lain, seperti hama pertanian.
Selain itu, rumah warga juga memberikan perlindungan ekstra bagi tawon terhadap cuaca dan pemangsa, seperti elang madu asia.
“Kalau karakter Klaten seperti itu (grup pemukiman dikelilingi pertanian), kan burung-burung juga hilang. Jadi, pengontrol alaminya sudah tidak ada,” ujar Hari.
Walaupun bukan ledakan populasi; hilangnya habitat tawon, seperti padang, membuat hewan ini berpindah ke lingkungan manusia dan meningkatkan kontaknya dengan kita.
Kontak ini kemudian menimbulkan gangguan dari manusia yang membuat tawon merasa terancam dan menyerang.
Hari mengibaratkannya seperti konflik harimau dan manusia di Sumatra.