Sensasi Melukat di Dasar Pura Goa Peteng Jimbaran, Disambut Ular Cokelat dalam Kegelapan
Sama seperti namanya, Pura Goa Peteng terletak di goa dengan tempat panglukatan yang gelap atau dalam Bahasa Bali disebut peteng.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ady Sucipto
Sekilas dari luar, hanya gerbang besi dengan pohon beringin yang terlihat.
Seekor ular kecil berwarna cokelat menyambut kedatangan kami.
Suasana sangat hening, saat pemangku menghaturkan banten pejati memohon izin dan keselamatan bagi pamedek yang malukat.
“Sedurung niki sampun wenten pamedek tangkil,” katanya dengan terbata-bata.
Sebagai informasi, pamedek yang hendak tangkil dan malukat ke Pura Goa Peteng membawa satu pejati dan canang sekitar lima sampai 10 untuk dihaturkan sebelum malukat.
Beberapa saat kemudian, dibantu pemandu bernama I Wayan Sumadi, kami dan dua anak kecil turun membawa senter ke dasar goa.
Semakin dalam semakin gelap, dan terasa penggap karena oksigen semakin sedikit. Di dekat kolam juga ada sekelompok kelelawar.
Pemangku setempat mengatakan, agar tidak kencing di kolam karena airnya diminum oleh pamedek.
Selain itu, saat masuk ke kolam disarankan memakai pakaian dalam. Kolam ini diperuntukkan baik untuk pria ataupun wanita dengan kedalaman sekitar 60-70 cm.
Pada usia senjanya, Jro Mangku Ketut Kariyasa masih siaga melayani pamedek yang datang bahkan dalam hitungan jam.
“Ya kadang malam juga ada yang datang sembahyang,” ujarnya.
Bahkan saat rahinan atau piodalan, pamedek yang datang lebih ramai. Piodalan di pura ini jatuh setiap Anggara Kasih Tambir pada hari Minggu.
Pura yang diperkirakan ada sejak zaman dahulu ini, dipercaya dapat membantu membersihkan diri dan menjernihkan pikiran.
Selain itu, ada pula yang percaya malukat di pura ini bisa memberikan tamba (obat) bagi yang sakit, dan memohon tirta (air suci).
Awalnya air di dalam goa digunakan untuk kehidupan sehari-hari, namun belakangan hanya untuk panglukatan atau pembersihan diri.