Polda Bali Panggil Ipung, Pengurus Ashram di Klungkung Membantah Terkait Paedofilia
Polda Bali memanggil Siti Sapurah, aktivis Pemerhati Anak Denpasar, Kamis (31/1), untuk dimintai keterangan terkait kasus paedofilia
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Ady Sucipto
“Pada saat aktivis ini tidak berani melapor, saya telepon Kasubid 4 Polda Bali, bisa nggak Polda Bali itu turun tangan. Jangan tunggu kami melapor,” ucap Ipung, Selasa (29/1) lalu.
Menurut Ipung, Kasus dugaan paedofilia di salah satu ashram di Kabupaten Klungkung ini terjadi sejak 2008. Diduga korban kasus ini bertambah di tahun berikutnya.
Terakhir, 2015 dilaporkan diduga ada empat anak menjadi korban, namun belum terungkap hingga kini.
Hingga kemudian, kasus ini kembali mencuat ke permukaan bermula dari postingan foto di media sosial yang mengunggah foto istri Gubernur Bali, Putri Koster, bersama terduga pelaku.
Hal ini pun menuai komentar dan viral hingga kemudian istri Gubernur mengundang empat orang pemerhati anak yaitu Siti Sapurah, Dwitra J Ariana, I Wayan Setiawan dan Ria Olsen, untuk bertemu di Wisma Sabha Utama, Denpasar, Senin (28/1) malam.
Terkait Polda Bali yang akan mandalami kasus paedofilia yang diduga dilakukan tokoh di ashram yang berlokasi Desa Paksebali, itu ditanggapi tenang oleh pengurus di ashram.
I Wayan Saridika, salah seorang pengurus ashram, menegaskan, tuduhan tindakan paedofilia yang dilakukan di ashram tersebut tidak lah benar.
Terlebih yang dituduh melakukan tindakan itu adalah GI, seorang tokoh yang sudah dianggap orangtua sendiri oleh murid-murid di ashram itu.
"Tidak ada itu. Tidak ada sama sekali. Kami di sini justru sangat diperhatikan," ungkap Wayan Saridika yang sejak anak-anak menjalani kesehariannya di ashram tersebut.
Ia menjelaskan, aktivitas di ashram sejak awal didirikan tahun 2004 silam berjalan normal.
Selama tinggal di asrham, anak-anak justeru diajari hidup teratur setiap harinya. Bahkan anak-anak di ashram diberikan pendidikan yang layak, hingga ke jenjang perguruan tinggi.
"Tidak ada yang aneh. Kami justru diajarkan hidup teratur. Pagi melakukan puja lalu ke sekolah dan yoga. Bahkan komunitas yoga, juga sering melakukan aktivitasnya di ashram ini. Tidak ada yang aneh-aneh seperti yang dituduhkan," jelasnya.
Menurutnya, dugaan tindak paedofilia ini sudah lama dituduhkan. Namun tuduhan itu tidak beralasan, dan tidak ada buktinya.
"Yang bicara itu kan orang luar, yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang ashram. Tapi kami selama ini, tidak pernah sama sekali diperlakukan aneh-aneh di sini," katanya.
Sementara itu GI selaku pendiri dan pemilik ashram, kata Wayan Saridika, jarang datang ke ashram.