Komnas PA Beber Pengakuan Korban Paedofilia di Ashram: GI Ajak Korban Mandi Bersama

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, sudah bertemu satu dari 12 korban kasus dugaan paedofilia di Ashram Gandhi

Penulis: Busrah Ardans | Editor: Ady Sucipto
Kompas.com
Ilustrasi 

Arist menyebut kondisi korban yang sudah dia temui tampak masih trauma.

Korban harus kembali mengingat kembali peristiwa pahit yang dialaminya sembilan tahun lalu. Apalagi dia ini sudah dewasa, menikah, dan punya anak.

"Tadi malam (Rabu malam, red) itu kita berbicaranya sangat hati-hati karena itu bagian dari traumatis. Ketika berita ini muncul lagi, dan saya temui tentu membuat dia tidak nyaman. Tapi di sana juga saya yakinkan bahwa peristiwa ini gak bisa ditutupi karena sebuah kasus kejahatan itu akan terulang lagi. Nah kira-kira begitu diskusi kami. Kalau bertanya tentang trauma, ya, iya trauma," paparnya.

Korban akhirnya mau dijadikan saksi nantinya karena dia yakin akan peristiwa itu dan merasa kejadian itu harus diungkap.

Supaya itu tidak terjadi lagi dan secara umum diberikan kepada publik bahwa kejahatan seksual itu tidak bisa dibiarkan.

Selain mendengar satu nama yang sering diduga-duga sebagai pelaku, Arist juga menyebut tiga nama yang menjadi pergunjingan masyarakat di ashram.

Tapi yang satu itu dinilainya lebih dominan, yang merupakan pemilik ashram.

"Bisa jadi ada terduga pelaku lain tapi saya belum bisa memastikan ya. Kemarin memang mau bertemu dengan GI ini tapi katanya dia ke India. Jadi mudah-mudahan dengan adanya isu ini dia bisa cepat pulang. Kan kemarin sudah dipastikan sama pengelola kalau bulan Maret ini dia akan kembali," terangnya.

Kendala yang dialaminya hanya karena kejadian sudah agak lama, dan korban pada usia anak. Jadi sekarang kesulitannya korban merasa terganggu dengan privasi dan macam-macam.

Namun demikian, setelah mengunjungi lokasi ashram di Klungkung itu, dirinya memiliki firasat bahwa telah terjadi peristiwa paedofilia di situ.

"Suasananya itu mendukung sekali, kegiatan-kegiatannya, kemudian sudut-sudut ruangan. Ruangan dan tempat tidur, itu satu kamar satu orang. Padahal itu satu footage itu ada dua-tiga kamar. Tapi dihuni satu orang. Jadi saya menyimpulkan ada peristiwa di situ. Kalau di kasus Angeline dulu, pas saya masuk kamarnya saya katakan telah terjadi persekongkolan jahat yang dilakukan oleh keluarga inti. Itu statement saya. Nah ketika saya berkunjung ke sana kemarin saya bilang ada peristiwa juga di situ," bebernya.

"Memang ketika melihat itu saya merasakannya, tidak bisa diungkapkan tapi dirasakan ada. Saya bukan paranormal ya. Tapi eh saat ketemu korban semalam, nah itu dikuatkan," kata dia blak-blakan.

Jemput Bola

Sementara itu, Dirreskrimum Polda Bali Kombes Pol Andi Fairan usai bertemu Arist mengatakan dirinya menyambut baik kedatangan tim Komnas PA untuk menanyakan informasi tentang adanya dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang selama ini menjadi viral di media.

Fairan pun mengaku sudah menyampaikan kepada Arist bahwa Ditreskrimum Polda Bali sudah mengadakan penyelidikan untuk mengolah informasi yang diterima menjadi data.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved