Pak Kumis, Pengawal Kapten Dipta yang Kian Terlupakan, Bolak-balik Masuk Rumah Sakit Akibat Demensia
I Wayan Tedja atau Pak Kumis merupakan satu dari empat orang kepercayaan tokoh pahlawan asli Gianyar, Kapten I Wayan Dipta
Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
Saat Tribun Bali berkunjung, Pak Kumis tampak berbicara dan tertawa-tawa sendiri.
Senandung-senandung kecil selalu ia selipkan di tengah dialognya sembari tertawa-tawa setelahnya.
''Gak tau, kami juga gak paham apa yang Bapak bicarakan. Setiap hari emang gini dia, kadang juga marah-marah, nangis juga. Mungkin itu memori-memori masa lalu beliau,'' kata Sinarja.
Dikisahkan Sinarja, I Wayan Tedja merupakan satu dari empat orang kepercayaan tokoh pahlawan asli Gianyar, Kapten I Wayan Dipta.
Dulu saat masa perjuangan ada 4 pengawal yang sering terlihat bersama Kapten Dipta yakni Made Gulem (Alm), Nyoman Krebek (Alm), Nyoman Taweng (Alm) dan Wayan Tedja (Pak Kumis).
Baca: Manfaatkan Sampah di Rumah, Komunitas Go Green Deen Ajak IRT Buat Kompos
Baca: Tiga Hari ke Depan Wilayah Bali Diprediksi Dilanda Hujan Ringan-Sedang, Begini Imbauan BMKG
Sebagaimana diketahui, laskar Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang dikomandoi Kapten Dipta memutuskan berjuang mengusir kolonial Belanda meski ditentang oleh pemerintahan Gianyar sendiri.
Kalangan pemuda ini menilai pemerintah daerah saat itu terlalu berpihak kepada Belanda sehingga ketidakadilan kerap terjadi di depan mata.
Hingga meletuslah perang yang menyebabkan Kapten Dipta tertembak dan gugur pada1946 di usia belia 20 tahun.
Sebagai penghormatan atas jasanya, nama Kapten Dipta resmi dipakai sebagai nama stadion terbesar dan markas tim andalan baru, Bali United.
Beruntung Pak Kumis menjadi salah satu front pejuang yang masih selamat.
Setelah masa kemerdekaan, Pak Kumis dijadikan sebagai pegawai pemerintahan di Dinas Pertanian Bali hingga pensiun.
Baca: 2000 Orang Ikuti Colour Fun Run di Bajra Sandhi, Hidup Sehat dengan Cara Menyenangkan!
Baca: Pantai Suluban, Nikmati Keindahan Pantai yang Tersembunyi di Balik Gua Karang
Setelah pensiun, ia menghabiskan masa tuanya di kediamannya di Banjar Teges Kelod, Gianyar.
Selama itu, ia juga aktif tercatat sebagai anggota resmi DPC Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Gianyar.
Beberapa kali ia juga memperoleh piagam Satya Lencana LVRI dari presiden.
Namun seiring waktu, satu-persatu anggota LVRI Gianyar pun meninggal dunia.