Smart Woman
Patricia Levyta Dalami Bisnis Produk Kerajinan, Tetap Aktif Berbagi Ilmu Lewat Workshop
Bagi Patricia Levyta, membuat kerajinan ibarat bersemadi. Proses berkarya dinilainya mampu menjernihkan pikiran
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bagi Patricia Levyta, membuat kerajinan ibarat bersemadi. Proses berkarya dinilainya mampu menjernihkan pikiran.
“Sesuntuk apapun, kalau sudah ambil kerjaan nge-craft, rasanya pikiran jadi lebih tenang dan jernih,” ungkap gadis kelahiran Malang, 8 September 1994 ini.
Perasaan inilah yang membuat Patricia senang membuat kerajinan. Bahkan kini, dirinya menjadikan keterampilannya sebagai bisnis.
Beberapa jenis produk seperti anyaman, mandala, dream catcher, dan aksesoris adalah karya andalannya. Produk ini ia jual secara online.
Patrice pun sering datang ke beberapa event untuk mempromosikan karyanya. Sambutan positif pun didapat dari pecinta bahan kerajinan, terutama kalangan muda.

“Sebenarnya tak pernah terbayang kalau saya akan menggeluti bisnis di bidang kerajinan. Bahkan sewaktu sekolah, saya bukan tipe murid yang pandai membuat keterampilan,” tutur Patrice.
Namun rasa penasaran dan ingin belajar membuat Patrice mencoba terjun ke dunia craft.
Semasa kuliah, gadis yang juga aktif sebagai musisi ini sering menghadiri workshop kerajinan. Mulai dari menghadiri workshop inilah timbul rasa ingin mencoba.
“Semakin dicoba, semakin saya senang menggelutinya. Memang pernah terlintas rasa bosan, namun pekerjaan ini selalu membuat saya ingin mencoba dan mencoba lagi. Saya pun sering melihat Youtube untuk mencari referensi motif terbaru. Lama-kelamaan saya pun bisa membuat motif sendiri. Bagi saya, ini sangat menyenangkan,” kata Patrice.
Selain sebagai pelaku kerajinan, Patrice pun sering berbagi ilmunya lewat lokakarya. Ia beberapa kali diundang untuk mengisi workshop kerajinan.
Undangan sebagai narasumber ini tidak hanya datang dari penyelenggara di kota asalnya, Malang namun juga Yogyakarta, Bali, dan beberapa kota lain.
Bisa berbagi ilmu pun menjadi kesempatan yang disyukurinya.
“Saya senang bisa berbagi ilmu. Bagi saya pun menggeluti kerajinan adalah proses belajar, terutama melatih kesabaran dan ketekunan. Saya selalu berharap peserta bisa menambah pengalaman dari workshop tersebut,” imbuhnya.
Patrice bercerita pernah suatu ketika ia memberi materi workshop. Secara kebetulan ia bertemu peserta yang tak suka membuat kerajinan. Peserta itu, tutur Patrice, datang hanya karena penasaran.
“Namun ketika workshop berlangsung, peserta itu tetap melanjutkan membuat karya sampai selesai. Bagi saya ini pengalaman menarik, sebab bisa membuat mereka yang awalnya tak berminat menjadi tertarik. Saya tak muluk-muluk berharap peserta workshop menjadi crafter seperti yang saya lakukan. Tetapi minimal mereka bisa merasakan pengalaman melewati proses,” ujar Patrice.