Pengusaha Latex Dorong agar Penjualan yang Bukan Produk Lokal untuk Terus Ditelusuri

Pimpinan PT Bumi Indo Sukses, Djohan, mengapresiasi langkah tegas pemerintah Provinsi Bali dalam memberantas pengusaha jual-beli kepada wisman Tiongko

PT Bumi Indo Sukses
Pimpinan PT Bumi Indo Sukses, Djohan, saat menunjukan beberapa produk latex miliknya. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pimpinan PT Bumi Indo Sukses, Djohan, mengapresiasi langkah tegas pemerintah Provinsi Bali dalam memberantas pengusaha jual-beli kepada wisman Tiongkok beberapa waktu lalu.

Apalagi salah satu modusnya, adalah mengajak wisman berbelanja latex di Bali.

Pengusaha oleh-oleh latex dengan merk Dunlopillo, ini pun terus mendorong pemerintah agar pembenahan tata kelola industri pariwisata di Bali terus dilakukan.

Khususnya dalam memberantas mafia pasar Tiongkok yang berkedok usaha pariwisata, seperti travel dan toko artshop serta oleh-oleh. Khususnya yang tidak menjajakan produk lokal, khususnya produk asli Bali.

“Kami berharap pemerintah daerah melakukan penertiban kembali, terhadap usaha pariwisata yang terindikasi membeli produk lokal sebagai topeng, namun dicurigai masih sebagian besar menjual produk dari luar seperti dari Tiongkok,” katanya dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Minggu (31/3/2019).

Baca: Terinspirasi dari Kearifan Lokal Bali, Cindy Mambo Kembangkan Brand Kind Poleng

Baca: Soroti Soal Alutsista TNI, Prabowo Bandingkan Kapal Selam Singapura & Indonesia, Ini Spesifikasinya

Ia berharap, pemda mampu menelusurinya lebih dalam, khususnya pada toko yang menjual latex tapi bukan produk asli lokal.

Pasalnya, produk lokal hanya digunakan kedok namun sebenarnya produk yang dijual bukan asli Indonesia.

“Saat ini sebagian besar toko oleh-oleh, khususnya yang menjual latex tidak menjual produk asli lokal. Itu hanya kedok,” tegasnya.

Lanjutnya, kebanyakan latex masih berasal dari luar, dan ia berharap jika benar maka diberikan label sesuai negara asalnya semisal ditulis made in China.

Baca: Earth Hour di Bali, Momentum Hemat Energi di Luar Nyepi

Baca: Raperda Provinsi Bali Soal Desa Adat, Dorong Bangun Pasraman di Tiap Desa Adat

“Kami berharap pemda serius melakukan pembenahan dan terus menelusuri toko-toko yang menjual latex bukan asli produk dari Indonesia,” ujarnya.

Sehingga tidak mencoreng nama Bali, khususnya nama pengusaha serupa. Sebab langkah tegas tersebut, mampu melindungi produk lokal.

Serta memberikan edukasi kepada wisatawan, untuk membeli barang yang asli lokal atau Indonesia.

Pihaknya pun berharap wisatawan, juga melirik dan membeli produk asli lokal seperti merk Dunlopillo yang telah mendunia di pasar internasional dan  70 negara.

“Selain memberikan harga terjangkau, wisawatan juga mendapatkan pengembalian uang dari pajak pertambahan nilai (PPN) atau Value Added Tax (VAT) refund, dengan syarat harus menggunakan mata uang rupiah baik tunai maupun melalui aplikasi pembayaran elektronik seperti Alipay atau Wechatpay yang sudah resmi menggunakan rupiah,” sebutnya.

Baca: Bule Ceko Dilarikan ke Rumah Sakit, Patah Tulang Terbuka di Lengan Akibat Kecelakaan di Jembrana

Baca: Indonesia Tempatkan Tiga Wakilnya di Babak Final India Open 2019

Sebab, hanya melalui mata uang rupiah saja, VAT Refund bisa dimanfaatkan untuk pengembalian pajak.

“Hal ini dimaksudkan sebagai langkah untuk menambah devisa negara dan mencegah perputaran uang langsung ke luar negeri,” imbuhnya.

VAT Refund merupakan program dari pemerintah untuk mendorong daya beli wisatawan mancanegara belanja produk lokal, begitu juga khusus bagi pengusaha yang memang menjual produk lokal berkualitas.

Baca: Minibus Vs Truk di Jalur Denpasar-Gilimanuk, 2 WN Ceko Dilarikan ke Rumah Sakit, Begini Kondisinya

"Di Bali, hanya ada 3 toko suvenir atau oleh-oleh yang diberi VAT Refund, yang salah satunya adalah Dunlopillo," tegasnya.

Latex, kata dia, adalah salah satu produk oleh-oleh yang diincar  wisatawan luar negeri. Sesuai kebutuhan akan hidup yang sehat dari kualitas tidur yang nyenyak dan nyaman menjadi prioritas wisman.

Namun saat ini, masih hanya di Indonesia merupakan produsen bahan baku latex terbesar di Asia. Sehingga penertiban ini diharapkan memberikan dampak positif yang besar ke depannya. (ask)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved