Pusat Pembibitan Tanaman Hias di Penglipuran Bangli, Tanaman Hias Gantung Paling Diburu
Sari Sekar Nursery yang terletak di Desa Penglipuran, Bangli mengembangkan sebanyak 1.500 jenis tanaman hias pada lahan seluas 40 are
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Kabupaten Bangli sebagai daerah berhawa sejuk nyatanya sangat cocot dijadikan sebagai pusat pembibitan berbagai jenis tanaman, tak terkecuali tanaman hias.
Salah-satunya pusat pembibitan Sari Sekar Nursery yang terletak di Desa Penglipuran.
Pengelola Sari Sekar Nursery Penglipuran, I Wayan Syukur saat ditemui Minggu (31/3/2019) mengungkapkan, sebanyak 1.500 jenis tanaman hias dikembangkan pada lahan seluas 40 are.
Dari beragam jenis tanaman hias, beberapa di antaranya banyak diburu oleh konsumen.
“Kebanyakan permintaan tanaman hias gantung. Seperti tanaman Lipstik, Petunia, Wijaya Kusuma. Ataupun jenis tanaman rumput seperti Sabrina Ungu, Sabrina Hijau, Hoya dan lain sebagainya,” ucapnya.
Syukur mengatakan, pemenuhan permintaan tanaman hias biasanya datang dari stand-stand penjualan bunga hias di wilayah Renon, Denpasar maupun Ubud, Gianyar.
Di samping itu, pihaknya juga kerap memenuhi permintaan dari villa.

Menurut Syukur, alasan sejumlah konsumen lebih memilih mencari di Bangli, lantaran jarak yang tergolong lebih dekat jika dibandingkan mengambil dari wilayah Malang, Jawa Timur.
Di lain sisi, kualitas yang diberikan oleh pihaknya juga mampu bersaing dengan pembibitan yang ada di tempat pembibitan lainnya.
“Memang kalau di sini kualitasnya lebih bagus karena dalam satu pot tanamannya lebih rimbun dan segar, walaupun kami masih tergolong pemula. Mengenai harga, tanaman hias ini berkisar Rp 25.000 sampai Rp 40.000 tergantung besarnya tanaman. Semakin besar, tentunya semakin mahal,” katanya.
Meksipun memiliki banyak pelanggan, Syukur mengaku belum mampu memenuhi semua permintaan dari para konsumennya. Sebab itu, pemasaran hanya dilakukan seminggu sekali.
Lebih lanjut, mengenai kendala pemasaran, pihaknya membutuhkan waktu selama empat bulan untuk proses pembibitan setelah didatangkan dari wilayah Jawa Barat.
Di lain sisi, jumlah tenaga kerja yang membantu dalam pembibitan hanya berjumlah delapan orang.
“Kendala lainnya adalah cuaca, saat memasuki musim hujan, tanaman akan sangat rentan terserang busuk batang. Oleh sebab itu, proses penyiraman harus lebih jarang. Paling tidak dua hari sekali baru bisa disiram. Di samping itu pemberian pupuk juga musti diperhatinkan. Biasanya kami menggunakan pupuk Mutiara agar tanaman hias lebih rajin berbunga,” tandasnya. (*)