Kisah Keramatnya Arca Lembu di Taman Bali, Tak Bergeser Meski Diangkat Puluhan Warga

Kerajaan Taman Bali runtuh tahun 1829 silam. Hingga kini sejumlah peninggalan kerajaan yang berlokasi di sisi selatan Bangli itu masih tetap utuh.

Tribun Bali/M. Fredey Mercury
Warga menunjukkan arca lembu yang merupakan situs peninggalan Kerajaan Taman Bali, Minggu (14/4/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI -- Kerajaan Taman Bali runtuh tahun 1829 silam. Hingga kini sejumlah peninggalan kerajaan yang berlokasi di sisi selatan Bangli itu masih tetap utuh.

Satu di antaranya adalah sebuah arca yang berbentuk lembu.

Masyarakat mempercayai arca itu diapakai sebagai toilet pada masa kerajaan dahulu.

Situs arca lembu ini berlokasi Desa Pakraman Taman Bali, Bangli tepatnya di tengah bangunan SMKN 3 Bangli dan Puskesmas Bangli I.

Ukuran arca juga tidak terlalu besar. Panjangnya hanya satu meter dan tinggi sekitar 50 sentimeter.

Pada arca berbahan batu paras ini terdapat tiga lubang, yakni pada kepala, badan, serta kaki belakang bagian bawah.

Tokoh masyarakat Desa Taman Bali, Dewa Made Manacika mengungkapkan, situs arca lembu ini merupakan sisa peninggalan Kerajaan Taman Bali pada tahun 1829 silam yang hancur akibat perang saudara.

Dulunya, areal kerajaan meliputi Lapangan Kilobar, SMKN 3 Bangli, hingga Puskesmas Bangli 1.

“Tiga lubang tersebut memang sudah ada sejak awal ditemukan. Arca lembu ini konon dulunya merupakan tempat buang air besar bagi sang raja. Kami tidak tahu secara pasti bagaimana cara penggunaannya. Kemungkinan lubang di depan (bagian kepala) merupakan jalur air, dan lubang di belakang merupakan pembuangannya. Yang jelas, tiga lubang tersebut merupakan satu saluran,” ungkapnya, Minggu (14/4).

Warga menunjukkan arca lembu yang merupakan situs peninggalan Kerajaan Taman Bali, Minggu (14/4/2019).
Warga menunjukkan arca lembu yang merupakan situs peninggalan Kerajaan Taman Bali, Minggu (14/4/2019). (Tribun Bali/M. Fredey Mercury)

Bagi masyarakat, arca lembu ini sangat dikeramatkan.

Sekitar tahun 1980an, warga Desa Pakraman Taman Bali sempat berupaya memperbaiki posisi arca serta meninggikan dengan cara mengangkat arca lembu ini sebagai bentuk penghormatan.

Namun harapan tersebut pupus, lantaran arca lembu ini tidak bisa diangkat, meskipun terdapat puluhan krama yang terlibat kala itu dengan media sanan tali.

“Kalau posisinya tetap di bawah, seperti tidak ada rasa menghormati peninggalan raja. Tapi saat kami lakukan upaya pengangkatan tidak bisa. Jadi posisinya sekarang masih tetap, sedikit miring ke kiri,” katanya.

Sebagaimana tempat yang dikeramatkan, masyarakat sekitar kerap menghaturkan sesaji di arca lembu ini, terutama saat rahinan tumpek landep.

Mantan Perbekel Taman Bali tahun 1970 hingga 1982 ini mengatakan, arca lembu tersebut juga dipercaya mampu menyembuhkan hewan ternak yang sakit.

“Masyarakat percaya kalau ada hewan ternaknya yang sakit apakah itu sapinya, babinya, mereka (masyarakat) membawa air suci dari rumah, untuk selanjutnya dimohonkan ke sini,” ujarnya.

Dewa Manacika mengatakan, selain arca lembu, peninggalan Kerajaan Taman Bali lainnya yang merupakan sisa peperangan dengan kerajaan Bangli silam, antara lain berupa tempat pemandian raja yang disebut Taman Narmada Bali Raja, Bale Mas (tempat penyimpanan harta kerjaan), sejumlah patung berukuran besar, hingga satu tempat yang disebut pajenengan di Pura Puser Jagat yang konon merupakan tempat penyimpanan persenjataan.

“Ada sebuah lubang yang diatasnya terdapat batu besar. Mungkin itu sebagai penanda, sebab diyakini di lubang itu tersimpan berbagai persenjataan termasuk dengan mule (perhiasan)."

"Leluhur kami juga menceritakan bahwa batu besar itu juga digunakan sang raja sebagai sandaran saat hendak naik kuda melihat rakyatnya,” tutur Dewa Manacika.

Ia menambahkan, dengan berbagai situs peninggalan kerajaan yang masih tersisa, ada keinginan besar darinya sejak dulu, untuk mengembangkan pariwisata di Desa Taman Bali menjadi desa wisata sejarah sejak tahun 1987, serta pembuatan museum Kerajaan Taman Bali.

“Harapan tersebut masih ada, dengan objek utama yakni Taman Narmada Bali Raja. Begitupun dengan pembuatan museum, harapan kami bisa menampilkan duplikat peninggalan-peninggalan Kerajaan Taman Bali.

"Namun mengenai kapan realisasinya tergantung bagaimana kesepakatan masyarakat,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved