Simpang Ring Banjar
Berkesenian Sejak Usia 13 Tahun, Kini Mahir Bermain hingga Bisa Membuat Rindik
Turunan dari kesenian jegog ialah kesenian rindik. Alat musik bambu ini cukup digemari anggota STT Catur Harapan Banjar Delod Pempatan, Jembrana
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Kesenian jegog sangat melegenda hingga menjadi ikon Kabupaten Jembrana.
Turunan dari kesenian jegog ialah kesenian rindik. Alat musik bambu ini cukup digemari anggota STT Catur Harapan Banjar Delod Pempatan, Desa Mendoyo Dangin Tukad, Mendoyo, Jembrana.
Warga Banjar Delod Pempatan sebagian besar penduduknya menggarap sawah. Meski secara umum masyarakatnya bertani, tapi tak sedikit kesenian juga menjadi tambahan bagi masyarakatnya.
Memasuki banjar ini, kawasan rumah khas Bali tertata dengan rapi dan menjadi akses ke beberapa desa lain ketika masuk dari jalan raya provinsi Denpasar-Gilimanuk.
Ketua STT Catur Harapan, I Putu Agus Setya Putra mengaku, STT Catur Harapan mengkader pemuda-pemudinya untuk aktif dalam pelbagai bidang kegiatan sejak mereka berusia 13 tahun. Terutama di kesenian dan olahraga.
Saat ini bisa memberikan penghasilan tambahan ialah lewat kesenian. Satu di antaranya adalah kesenian rindik yang digeluti oleh 15 anggota STT. Mereka adalah pelajar SMP dan SMA.
Agus Setya mengaku, rindik merupakan turunan dari kesenian jegog bumbung. Awal rindik hadir di STT dikarenakan ingin meminimalisir peralatan ketika tampil.
Sebab ketika memainkan jegog, maka banyak perlengkapan yang mesti disediakan.
"Inginnya sedikit lebih simpel. Jadi membuat rindik dengan anggota 15 orang. Di sini juga ada maestro pembuat rindik," ucapnya.
Maestro rindik bagi STT Catur Harapan itu ialah Erik Hadi Hermawan yang bertugas mengajari dan membina para anggota muda STT hingga saat ini.
Selain berkesenian dengan memainkan alat, tak sedikit akhirnya anggota itu bisa membuat alat kesenian itu sendiri.
Di luar sekaa, anggota itu pun bekerja membuat rindik untuk tambahan uang saku.
"Ya kemarin sudah ada uang pembinaan melalui dana desa, untuk pambaruan alat rindik dibantu Rp 5 juta. Dan juga ada tambahan untuk undangan di Gianyar pentas bulan lalu," jelasnya.
Rindik, kata Agus Setya, bukan lagi hanya sebagai penyaluran seni dan kreativitas warga. Selain pelestarian, bagaimana kesenian itu juga bisa sebagai uang jajan teman-teman atau adik-adiknya yang masih SMP dan SMA.
"Untuk prestasi, beberapa tahun lalu mendapat peringkat ke lima untuk lomba STT tingkat provinsi. Ini sudah dnam tahunan untuk rindik berjalan dengan latihan hanya sehari sebelum pentas (malam hari)," ungkapnya.
Selain rindik, STT Catur Harapan juga memiliki alat gamelan bumbung untuk tari ibing-ibing. Meskipun, untuk penari biasanya akan diambilkan dari luar banjar.
Tidak ada anggota sekaa yang memang menjadi penari ibing. "Rindik dan gamelan keluar hanya waktu 17 Agustusan, kemudian acara seremonial untuk menyambut tamu undangan," ujarnya. (*)