Hampir Setahun Rumah Relokasi di Dusun Yeh Mampeh Belum Dilengkapi Instalasi Listrik dan Air
Hampir setahun, puluhan unit rumah warga korban banjir bandang di wilayah Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kintamani belum dialiri listrik
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Hampir setahun lamanya, puluhan unit rumah warga korban banjir bandang di wilayah Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kintamani belum dialiri listrik.
Mau tidak mau, warga sekitar terpaksa menggunakan penerangan manual, maupun menyambung listrik dari tetangga.
Hunian relokasi ini, sejatinya sudah mulai ditempati oleh korban banjir bandang Yeh Mampeh sejak serah terima bulan Agustus 2018 lalu.
Meski demikian, hunian senilai Rp 40 juta per unit itu belum dilengkapi dengan instalasi listrik.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Batur Selatan, I Gede Sarjana, Minggu (28/4/2019).
Dikatakan bahwa pihaknya telah mengajukan proposal pada Dinas Sosial serta BPBD Kabupaten Bangli.
Ia meyakini bahwa proposal itu sudah masuk pada dua dinas tersebut.
Namun hingga kini justru belum ada realisasi apapun.
Terdapat total 50 KK warga Dusun Yeh Mampeh yang mendapatkan relokasi.
Seluruh rumah itu sudah ditinggali oleh masyarakat korban banjir bandang, yang terjadi Februari 2017 silam.
Baca: Tariska Ingin Dipanggil dengan Sapaan Perempuan, Curahan Hati Seorang Transgender
Baca: Waspada Penipuan Berkedok Iuran Sampah hingga Rp 700 Ribu! DLHK Denpasar Beri Penjelasan
Tak hanya listrik, sambungan pipa untuk kebutuhan air bersih hingga perabotan rumah tangga juga telah diusulkan pada proposal tersebut.
“Itu bagian dari proses. Karena bantuan itu asalnya dari Kementerian Sosial, (jadi) yang seharusnya menindaklanjuti di internal daerah adalah Dinas Sosial. Sampai sekarang belum ada realisasi apa-apa. Itu proposal sudah masuk kok, sudah kami mohon (diajukan) sejak akhir 2017,” ungkapnya.
Sarjana mengungkapkan untuk urusan listrik sebagian masyarakat kini terpaksa menyambung dari tetangga.
Sebagian masyarakat diakuinya juga menggunakan pencahayaan manual dengan petromak.
Sementara untuk kebutuhan air bersih, masyarakat dusun Yeh Mampeh mendatangi sumur bor yang berada di wilayah sekitar tiap harinya.
“Di sana kami sudah mendapat bantuan sumur bor di dua titik. Sekarang bantuan yang kami tunggu adalah pipanisasinya, untuk penyaluran ke masing-masing rumah warga. Beda dengan kita yang sudah ada pipa dari PDAM. Mereka (korban banjir bandang) harus mendatangi sumber pakai sepeda motor dengan dua jerigen tiap hari,” akunya.
“Sedangkan Listrik (masyarakat) nebeng tetangga, itupun hanya beberapa yang bisa. Mungkin karena dayanya kecil, kalau banyak yang ikut kan nggak kuat. Makanya sekalipun nebeng hanya bisa menyalakan satu lampu saja. Sisanya, pakai lampu manual seperti zaman dulu yang pakai minyak,” bebernya.
Baca: Penipuan Modus Minta Kode Verifikasi WhatsApp Kembali Terjadi, Hati-hati Akunmu Diretas untuk Menipu
Baca: Merta Kesulitan Tanggung Biaya Dua Anak, Lumpuh Usai Jatuh dari Pohon Cengkeh Setahun Lalu
Sarjana mengakui masyarakat yang menjadi korban bencana alam, sudah sangat sabar menunggu bantuan tersebut.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap proposal yang sudah masuk tersebut segera ada tindak lanjutnya.
“Sudah luar biasa masyarakat menunggu. Termasuk isi hunian yang kami usulkan ke (Dinas) Sosial, seperti alat rumah tangga kasur dan sebagainya. Mereka yang tinggal di sana pakai apa adanya yang dia miliki,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Bangli, I Nengah Sukarta tidak memungkiri ada proposal yang masuk.
Namun ia menegaskan, bantuan dari pemerintah terkait relokasi tidak sampai pada penyediaan listrik dan air.
“Di relokasi tidak sampai menyebutkan harus ada listrik. Itu dari kelompok mengajukan ke PLN. Cuma boleh diberikan harga subsidi. Terkait hal ini, kami sudah memfasilitasi dengan mengajukan ke PLN,” katanya.
Sedangkan soal air, Sukarta mengatkaan pipanisasi tidak harus menunggu dari PDAM.
Saluran pipa di lokasi relokasi, menurut dia bisa diupayakan menggunakan dana desa ataupun secara mandiri membuat saluran ledeng.
“Mengenai isi hunian, itu sudah maju. Tapi dari Kemensos tidak akan bisa memberikan setengah-setengah, mengingat pembangunan 26 unit rumah relokasi di Dusun Bantas, Desa Songan belum selesai,” tandasnya.(*)