Warga Tewas Tertusuk Jarum Suntik Bekas, Disebut karena Sampah Medis Berserakan di Sungai Desa Abang
Sampah medis diduga dibuang secara sembarangan di wilayah Kabupaten Karangasem.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Sampah medis diduga dibuang secara sembarangan di wilayah Kabupaten Karangasem.
Buktinya, warga Desa Abang, Kecamatan Abang, sering menemukan sampah medis berserakan di sekitar sungai dan lahan pertanian.
Dan ini sudah berlangsung cukup lama. Korban pun sudah berjatuhan.
Paling gres, sampah medis ini ditemukan warga setempat pada Senin (29/4), di aliran sungai.
Sampah medis yang ditemukan di antaranya jarum suntik, botol obat, peralatan bekas persalinan, dan bekas plastik obat.
Perbekel Abang, I Nyoman Sutirtayana, mengungkapkan bukan baru kali ini saja warganya menemukan sampah medis yang dibuang secara sembarangan di wilayahnya.
Bahkan hal ini sudah terjadi semenjak tahun 2010.
Alhasil sejumlah jarum suntik yang ditemukan pun ada yang sudah berkarat.
Kondisi ini membuat warga setempat khawatir.
"Mungkin sampah medis dibuang di sungai, dan terbawa aliran sungai hingga ke lahan pertanian warga. Sekarang warga khawatir dengan penemuan sampah medis ini," kata Sutirtayana saat ditemui di Wantilan Bupati Karangasem, Selasa (30/4).
Sampah medis yang dibuang di sungai dan lahan pertanian warga ini pun sudah makan korban.
Tahun 2011, kata Sutirtayana, seorang warga Desa Abang bahkan sampai meninggal karena tertusuk jarum suntik bekas.
Kejadian terakhir terjadi pada Maret 2019.
Dua warga Desa Abang tertusuk jarum suntik saat membersihkan irigasi di lahan pertaniannya.
Dua warga yang tertusuk jarum tersebut adalah I Nyoman Dika (59) dan I Nyoman Celeki (65). Dika tertusuk di kaki, sedang Celeki di tangan.
“Untungnya mereka langsung dibawa ke Puskesmas, dan diberikan vaksin oleh dokter. Keduanya selamat," terang Sutirtayana.
Jatuhnya warga sebagai korban sampah medis ini membuat warga, khususnya petani, resah. Mereka takut turut menjadi korban karena hampir setiap hari beraktivitas di sawah.
"Banyak petani yang mengeluh karena menemukan sampah medis di lahannya serta sungai. Beberapa petani sempat mempertanyakan ke saya terkait ini," tambah Sutirtayana.
Pelaku Belum Diketahui
Ironisnya, hingga kemarin belum diketahui orang atau instansi yang membuang sampah medis ke sungai dan sawah warga.
Dari pihak Puskesmas Abang, bidan, perawat, dan dokter yang praktek di Desa Abang mengaku tak pernah membuang sampah medis sembarangaan.
Dijelaskan Sutirtayana, dokter yang praktek sekitar Desa Abang sebanyak 2 orang, bidan 3 orang, 1 orang perawat.
Mereka semua mengaku membuang sampah medis ke RSUD Karangasem.
"Saya pun belum tahu siapa pelakunya," akunya.
Sutirtayana berharap petugas medis tak membuang sampah medis sembarangan. Disebutkan hal ini sangat membahayakan, dan terbukti sudah ada korban.
Apalagi sampah atau limbah medis sangat dilarang untuk dibuang sembarangan, termasuk ke TPS/TPA.
Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Sampah medis yang dibuang secara sembarangan juga melanggar Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dan proses pengelolaan sampah medis.
“Kami meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Karangasem untuk mengimbau puskesmas dan dokter praktek agar tak membuang sampah medis sembarangan,” kata Sutirtayana.
Menurut Yuyun Ismawati, Pendiri & Senior Advisor Bali Fokus/Yayasan Fokus Nexus 3, yang concern pada kesehatan lingkungan, pengawasan terhadap pembuangan limbah medis di Bali pada umumnya tidak cukup kuat.
Akibatnya, limbah medis kerap dijumpai berceceran, termasuk di pantai-pantai di Bali.
Dikatakan, limbah medis jika tidak dikelola dengan benar atau dibuang sembarangan akan sangat berbahaya.
Sampah medis bisa menyebarkan kuman penyakit menular yang mencemari irigasi ataupun kontak langsung.
“Limbah medis ini berbahaya karena bersifat infeksius, berpotensi besar terkontaminasi bakteri, virus, dan bibit penyakit yang bisa menular melalui tanah udara dan air,” ujarnya kepada Tribun Bali beberapa waktu lalu.
Dari hasil penelitiannya, hanya sekitar 40 persen rumah sakit di Indonesia yang punya incinerator (alat pembakar sampah medis) yang sesuai teknis.
Tapi, itu pun tidak semuanya dioperasikan 100 persen karena biaya operasi dan pemeliharaannya cukup tinggi.
Akibatnya banyak limbah medis yang dibuang sembarangan. (*)