Tiga Artis Indonesia Ini Alami Penyakit Kejiwaan Yang Kadang Sering Kambuh Namun Tak Malu Akui
Mengidap penyakit jiwa dan mengakuinya di depan umum, bukanlah suatu yang mudah. Apalagi untuk seorang seleb
TRIBUN-BALI.COM - Mengidap penyakit jiwa dan mengakuinya di depan umum, bukanlah suatu yang mudah.
Apalagi untuk seorang seleb yang kehidupannya pribadinya selalu menjadi sorotan media.
Namun, enggak demikian dengan tiga seleb Indonesia berikut ini.
Melalui sosial media, deretan seleb Indonesia ini akui mengidap penyakit mental!
Vidi Aldiano - Anxiety Attack
Dalam tayangan di channel Youtube milik Raditya Dika, Vidi Aldiano mengaku beberapa bulan lalu mengalami gangguan anxiety attack yang disebabkan rasa panik berlebihan.
Penyakit ini memang terbilang sudah lama diidap oleh pelantun 'Status Palsu' itu, hanya saja masih minor dan hanya "kumat" paling sering satu tahun sekali.
Namun, lima bulan belakangan Vidi Aldiano mengaku hampir setiap minggu mengalami gangguan tersebut.
Marshanda - Bipolar

Marshanda merupakan salah satu seleb Indonesia yang mengaku memiliki gangguan kejiwaan berupa penyakit Bipolar.
Hal tersebut mulai terungkap setelah dirinya mengunggah video di Youtube. Dalam video tersebut Marshanda terlihat sangat emosi.
Enggak lama, akhirnya Marshanda mengungkap bahwa dirinya memang memiliki penyakit kejiwaan tersebut.
Meychan, Panic Attack Disorder

Mantan vokalis duo Maia, Mey Chan juga mengaku memiliki penyakit kejiwaan berupa panic attack disorder.
Hal itu terjadi sekitar empat tahun lalu, Mey Chan mengaku enggak dapat melupakan serangan tersebut. Bahkan dirinya sempat mengalami trauma. (*)
Definisi
Dikutip dari wikipedia Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.
Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia.
Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas.
Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan jiwa.
Penyebab
Penyebab gangguan jiwa bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan.
Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab.
Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan jiwa.
Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri.
Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan.
Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan jiwa (atau terdiagnosa kelainan jiwa atau dinilai memiliki kelainan jiwa) yang akan mengarh ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
Klasifikasi
Definisi dan klasifikasi kelainan jiwa adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa. Sebagian besar dokumen klinik internasional menggunakan istilah "Kelainan jiwa".
Terdapat dua sistem yang mengklasifikasikan kelainan jiwa ICD-10 Chapter V: Mental and behavioural disorders, bagian dari International Classification of Diseases yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO), dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) diterbitkan oleh Psychiatric Association (APA).
Kedua mendaftar kategori kelainan dan menyediakan standar kriteria untuk diagosis.
Kedua sistem ini telah mengubah kode mereka pada revisi terakhir sehingga pedomannya dapat dibandingkan, walaupun masih terdapat perbedaan signifikan.
Skema klasifikasi lain mungkin digunakan di budaya non-barat, dan panduan lain mungkin juga digunakan oleh mereka yang menggunakan teori persuasi.
Pada umumnya, kelainan jiwa diklasifikasikan terpisah menjadi kelainan saraf, ketidakmampuan belajar, atau kelainan jiwa.
Tidak seperti sistem di atas, beberapa pendekatan klasifikasi tidak menggunakan kategori yang jelas atau pemisahan dikotomi yang digunakan untuk memisahkan antara yang tidak normal dengan yang normal.
Terdapat debat sains tentang beberapa kategori yang berbeda berhubungan dengan kasus yang terkategori dengan kasus yang tidak terkategori, kemudian mencakup sistem spektrum, dimensional, atau kontinyu.
Artikel ini telah tayang di cewekbanget.grid.id dengan judul : Enggak Malu, 3 Seleb Indonesia Ini Akui Mengidap Penyakit Jiwa!