Kabar Seleb

CACI MAKI Tak Surutkan Semangat Agung Rai, Hibur Warga di Pica Fest, Penonton Didominasi Anak Muda 

Ribuan penonton pun tampak padati panggung saat Akari bernyanyi. Bahkan saking antusiasnya, Akari sampai menyanyikan lagu Timpal Sirep 2 kali.

Dok. Tribun Bali
Anak Agung Ketut Rai alias Akari sempat manggung di Pica Fest pada hari pertama festival tersebut dibuka. Ribuan penonton pun tampak padati panggung saat Akari mulai bernyanyi. Bahkan saking antusiasnya, Akari sampai menyanyikan lagu Timpal Sirep dua kali. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Anak Agung Ketut Rai alias Akari, sempat manggung di Pica Fest pada hari pertama festival tersebut dibuka.

Ribuan penonton pun tampak padati panggung saat Akari mulai bernyanyi. Bahkan saking antusiasnya, Akari sampai menyanyikan 2 kali lagu Timpal Sirep.

Penontonnya pun didominasi anak-anak muda yang penasaran dengan penampilan Akari. Terlihat penonton sangat excited ikut menyanyikan lagu Timpal Sirep. Mendapatkan respon positif, menurut Akari itu merupakan hal yang biasa saja. 

“Itu biasa saja, waktu ini ada yang ngundang sampe beliaunya datang kesini jadi biasa saja,” ucap Akari. Tak selalu mulus, diawal memulai karir sebagai penyanyi Akari mengaku banyak mendapatkan cacian dan bully-an dari netizen di sosial media. 

Baca juga: MAMI SISCA Siap Hibur Warga, Tunjukkan Penampilan Saat HUT RI di Buleleng, Wargas Comeback!

Baca juga: KORBAN Penganiayaan, Sohihul Sampai Lebam, Tiba-tiba Didatangi Fauzi dan Dianiaya Gunakan Trisula

Anak Agung Ketut Rai alias Akari sempat manggung di Pica Fest pada hari pertama festival tersebut dibuka. Ribuan penonton pun tampak padati panggung saat Akari mulai bernyanyi. Bahkan saking antusiasnya, Akari sampai menyanyikan lagu Timpal Sirep dua kali.
Anak Agung Ketut Rai alias Akari sempat manggung di Pica Fest pada hari pertama festival tersebut dibuka. Ribuan penonton pun tampak padati panggung saat Akari mulai bernyanyi. Bahkan saking antusiasnya, Akari sampai menyanyikan lagu Timpal Sirep dua kali. (Dok. Tribun Bali)

“Banyak dibilang gak cocok jadi penyanyi mukak jelek, suara jelek, dibilang seperti itu. Bulian itu jadi kan motivasi saja gimana ya ada rasa terharu, tapi tetap yang gimana saya pasrahkan memang kalau hamba jadi penghibur ya, saya siap. Kalau ini bukan jodoh pekerjaan saya juga siap itu dalam hati,” bebernya. 

Kepada Tribun Bali, ayah dari tiga anak ini menjelaskan tak ada yang berbeda dengan kehidupannya saat ini setelah menjadi terkenal. 

“Tetap biasa-biasa saja pemikirannya karena dari awal apapun, pekerjaan itu yang dilakukan itu dengan sungguh-sungguh dari awal sampai habis begitu pun saat belajar bernyanyi saya sungguh-sungguh dan setiap pekerjaan pakai doa menyatu sama Tuhan.  Kalau memang kehendak Tuhan, pemikirannya biasa-biasa saja,” kata Akari. 

Akari mengakui, setelah terkenal yang membedakan saat ini adalah banyaknya masuk chat atau telepon melalui sosial medianya entah melalui WhatsApp, Facebook dan Instagram. 

“Semoga saja mereka tidak kecewa tidak ada niat sombong karena mentang-mentang viral sama sekali tidak kadang faktor kesibukan, karena kita di masyarakat kan ada ngayah ada kundangan. Dulu yang nge-chat mungkin 3 orang sekarang bisa ratusan setelah viral,” imbuhnya. 

Pria berusia 47 Tahun ini juga mengatakan, viralnya dirinya hingga mendatangkan banyak job merupakan sebuah keajaiban yang tak ia sangka-sangka sebelumnya.

Berangkat bukan dari seorang musisi, Akari sebelumnya menggeluti pekerjaan sebagai petani dan pembuat batako di desanya.

Ia lahir dari keluarga petani kurang mampu, dan hanya bersekolah sampai kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Usai tamat SD, Akari pun langsung bekerja membuat patung kuda hingga menjadi petani kelapa juga membuat batako.

Namun saat ini ia masih fokus bernyanyi, terlebih dulu sebab ketika bernyanyi di depan banyak orang menurutnya energinya banyak tersedot. 

Uniknya, pada beberapa kesempatan Akari selalu disambut dengan cara-cara unik bahkan kadang terkesan aneh. Tanggapi tersebut, Akari pun tak mempersalahkan sebab menurutnya tujuannya memang untuk menghibur masyarakat yang spontanitas menyambutnya. 

“Pasti ada untuk bikin konten lah mungkin dengan itu mereka happy saya juga menikmati. Saya happy juga setiap kemana pun saya harus ada pikiran senang walaupun saya dalam keadaan menderita. Yang penting tidak mengarah ke pelecehan saja tetap saya saring juga nanti biar nggak pro dan kontra di masyarakat itu saja yang penting masih bisa masuk akal,” paparnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved