Jambakan Kepsek ke Siswi SMA di Klungkung Terekam CCTV, Polisi Lakukan Pemanggilan Saksi & Terlapor
Kepolisian terus memproses kasus dugaan kekerasan yang dialami siswi SMA Saraswati Klungkung Ni Komang Putri (19), oleh kepala sekolahnya
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ady Sucipto
"Kami belum tau siapa benar dan siapa salah, biarkan hukum berproses. Tapi intinya, apapun alasanya tidak boleh ada kekerasan apalagi di sekolah," tegasnya.
Perhatikan Kronologis Sebenarnya
Ketua Dewan Pendidikan I Ketut Suksma Sucita turut bicara, terkait dugaan tindak kekerasan yang terjadi terhadap siswa oleh kepala sekolahnya di SMA Saraswati Klungkung.
Menurutnya, masyarakat harus melihat kronologis dari kejadian itu secara utuh. Tidak hanya berpatokan pada luka dan darah dari siswi.
"Harus dilihat kronologis secara utuh. Bisa juga darah dan luka itu karena ketidaksengajaan, misal siswi itu tersandung dan jatuh saat diminta ke ruang TU. Jadikan tidak ada kesengajaan untuk menyakiti siswi tersebut. Harus dilihat dan disikapi secara utuh," ungkap Suksma Sucitra, Minggu (12/5).
Namun jika terbukti ada kekerasan yang dilakukan kepala sekolah terhadap siswinya, pihaknya tidak akan ada toleransi dan harus ditindak tegas.
"Jika itu benar kekerasan yang sengaja dilakukan, tentu harus dijatuhi sanksi tegas. Tidak ada toleransi," ungkapnya.
Sementara Ketua PGRI Klungkung Dewa Gede Darmawan meyakini kejadian itu terjadi kerena ketidaksengajaan.
Menurutnya tidak akan ada guru yang bermaksud melukai anak didiknya.
"Ibaratnya macan, segalak-galaknya tidak mungkin makan anaknya," ungkap Darmawan yang juga Kepala Dinas Pendidikan Klungkung ini.
Pihaknya juga sudah berusaha menghubungi Gusti Made Subrata, selaku kepala sekolah SMA Saraswati.
Namun belum mendapatkan informasi terkait peristiwa itu.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan PGRI Provinsi Bali, karena adanya lembaga bantuan hukum PGRI.
"Agar kejadian ini tidak terulang kembali, guru kami harapkan bisa kendalikan diri dan mendidik sesuai koridor. Orangtua siswa juga, juga ikut membina anak-anaknya karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Saya berharap masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan," jelas Darmawan. (*)