Sejak Bom Bali, Jumlah Angkutan Umum di Kota Denpasar Terus Merosot, Beberapa Terminal Mati Suri
Angkutan umum atau angkutan kota di Denpasar semakin hari nasibnya makin tak tentu.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Angkutan umum atau angkutan kota di Denpasar semakin hari nasibnya makin tak tentu.
Dan jumlahnya pun semakin menurun setiap tahunnya.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Denpasar, jumlahnya setiap tahun semakin menurun.
Bahkan penurunannya cenderung drastis.
Data tahun 2002 jumlah armada angkutan umum di Kota Denpasar yakni 1.047 unit.
Tahun 2016 turun menjadi 500 unit.
Dan berdasarkan data terakhir tahun 2017-2018 jumlahnya hanya 283 unit.
Bahkan bom Bali ditengarai jadi salah satu penyebabnya.
Dikarenakan semenjak terjadinya bom Bali jumlah angkutan umum semakin menurun.
Selain juga dipengaruhi oleh menjamurnya kendaraan pribadi.
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Denpasar, Ketut Sriawan mengatakan pertumbuhan kendaraan pribadi yang semakin cepat membuat kendaraan umum seakan mati suri.
"Cara mendapatkan kendaraan pribadi mudah dan berpengaruh pada minat masyarakat memakai kendaraan umum," kata Sriawan saat diwawancarai dalam acara pemilihan sopir teladan, Selasa (14/5/2019) siang.
Dan menurutnya hal tersebut merupakan tantangan bagi organda, Disnas Pehubungan, hingga Kementerian Perhubungan.
Tahun 2020 pihaknya berencana akan menerapkan sistem by the service atau layanan yang dibeli.
Maksudnya yakni sopir dibiayai, biaya operasi kendaraan dibiayai dengan dana APBD dan APBN.
"Kami akan usahakan Kota Denpasar terpilih sebagai pilot project penerapan sistem ini," katanya.
Pihaknya juga akan melakukan perbaikan konektivitas trayek yang harus terintegrasi antar provinsi, kota maupun kabupaten sehingga kendaraan umum bisa menjangkau semua wilayah.
"Bagaimana penerapan sustainable transport dengan berdasarkan pada tiga aspek yakni aspek ekonomi dimana aksesibilitas distribusi barang jasa terpenuhi, aspek kesetaraan tanpa membedakan si miskin dan kaya serta aspek linkungan," imbuhnya.
Sementara menurut Sriawan ketersediaan terminal di Kota Denpasar yakni terminal Ubung, terminal Kreneng, terminal Tegal, dan terminal Wangaya.
Walaupun beberapa terminal tersebut mati suri.
Terkait dengan pemilihan dan pemberian penghargaan pada sopir teladan tahun 2019 diikuti oleh sopir taksi dan angkutan pariwisata dengan peserta sebanyak 50 orang yang memperebutkan 6 juara.
Dengan diadakannya pemilihan ini akan mampu membangun sikap, perilaku, dan budaya keselamatan berlalulintas.
"Kami juga ingin mengubah pola pikir tentang diri dan profesi mereka sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri serta merasa dihargai. Juga menekan angka kecelakaan lalulintas yang disebabkan faktor pengemudi," katanya.
Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan angkutan umum mampu mengurangi tingkat kemacetan, kecelakaan.
Namun perlu pula dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan.
"Selain melakukan penilaian sopir teladan ini, kami juga meminta masukan terkait kendala atau permasalahan yang dihadapi, misal jika ada keluhan tarif rendah agar bisa dibenahi," kata Jaya Negara. (*)