Pekak Sija Maestro Seni dari Desa Bona Gianyar, Berhenti Sekolah Karena Merasa Diperbudak

Made Sija, merupakan maestro seni Bali kelahiran 1932 di Banjar Dana, Desa Bona, Bahbatuh, Gianyar

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Widyartha Suryawan
Made Sija
Made Sija, seorang maestro seni Bali kelahiran 1932 di Banjar Dana, Desa Bona, Bahbatuh, Gianyar. 

Meskipun perjalanannya dalam pementasan sangat berat. Namun Pekak Sija mengaku, tak pernah mengambil sesari (upah pentas).

Hal tersebut karena kecintaannya terhadap kesenian.

“Saya tak hanya menekuni seni pedagangan saja. Tapi semua kesenian. Itu karena saya sangat senang belajar,” ujarnya.

Pada tahun 1980an ke bawah, seni pedalangan merupakan pementasan paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Bahkan Pekak Sija menghitung jumlah pementasan yang dilakukan dari awal sampai pensiun sejak 10 tahun terakhir ini sebanyak 2.994 kali pementasan.

Namun saat ini pentas pedalangan sudah redup atau kurangnya minat masyarakat dalam mengupah wayang. Pekak Sija mengaku, redupnya seni pedalangan bukan hanya karena perkembangan zaman.

Namun hal itu juga akibat para dalang sendiri.

Pada massa kejayaan seni pedalangan, dirinya dan semua dalang yang ada saat itu, tidak pernah berhenti belajar.

Meskipun saat itu tidak ada teknologi untuk merekam sebuah pertunjukkan, Pekak Sija tidak pernah pentas membawakan cerita yang sama.

“Kalau sudah pernah pentas pakai narasi itu, saat pentas lagi saya tidak pakai. Kecuali kalau narasinya dipentaskan di Gianyar, lalu pentas keduanya di Karangasem barulah saya pake narasi yang sama,” ujarnya.

Hal tersebut yang tidak dilakukan oleh dalang-dalang zaman now.

Kata dia, dalang saat ini hanya belajar sampai dipakem. Terkait lelucon dan alur cerita dalam pementasan tidak dikembangkan.

Hal inilah yang menyebabkan masyarakat bosan. Terlebih lagi saat ini pesatnya teknologi perekaman. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved