Astungkara Ada Jalan, Ayu Saraswati dan Eka Jaya Bertemu Setelah 17 Tahun 'Berpisah'
Setelah 17 tahun 'pisah', duo penyanyi Ayu Saraswati dan Eka Jaya akhirnya merilis single dan video klip berjudul "Astungkara Ada Jalan"
Penulis: Noviana Windri | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah 17 tahun 'pisah', duo penyanyi Ayu Saraswati dan Eka Jaya akhirnya merilis single dan video klip berjudul "Astungkara Ada Jalan" di Happy Puppy Karaoke, Jalan Gatot Subroto, Denpasar, Selasa (21/5/2019) lalu.
Tak lagi soal percintaan seperti duet mereka dulu, kini Ayu Saraswati dan Eka Jaya membawakan lagu bertema motivasi kehidupan.
Keduanya dipertemukan kembali saat sama-sama melakukan kegiatan sosial di pengungsian dan menghibur para pengungsi erupsi Gunung Agung.
Sejak saat itu, Eka Jaya mengajak kembali Ayu Saraswati untuk duet bareng.
"Waktu ada event saat Gunung Agung Erupsi, kami sama-sama mengisi di sana. Karena pada saat itu situasinya sosial, akhirnya timbul ide untuk membuat lagu yang cintanya itu lebih universal. Lebih ke sisi kemanusiaan," ucap Eka Jaya.
Pelantun tembang "Selem-Selem Manis" ini terakhir membuat album pada tahun 2016, kemudian memilih vakum untuk sementara waktu untuk me-refresh diri agar bisa kembali berkarya lebih fokus lagi.
Lagu "Astungkara Ada Jalan" diciptakan oleh Eka Jaya. Di dalamnya tersirat pesan memotivasi seseorang untuk tidak boleh menyerah dalam menjalani hidup dalam keadaan apapun.
Eka menuturkan pemilihan judul lagu seperti itu karena spontan saja mengucapkan kata "Astungkara".
"Itu kata-kata yang biasa kita ucapkan. Di dalam lagu ini, saya berusaha untuk memotivasi teman-teman dalam keadaan apapun. Dalam keadaan sakit, patah hati, ataupun keadaan fisik yang kurang. Itu saya berusaha membangkitkan semangat mereka dalam lagu ini," ungkapnya.
Ayu Saraswati menuturkan, dalam pembuatan video klip "Astungkara Ada Jalan" melibatkan anak-anak disabilitas yakni Yoko dan Agus Mertayasa.
"Yang menjadi talent video klip adalah anak-anak kita yang istimewa. Dengan kondisi yang istimewa, difabel, mereka begitu semangat dan bersyukur dengan keadaannya. Mengapa kita tidak bisa lebih merasa bersyukur dari mereka. Jadi tidak ada alasan untuk kita mengeluh dan untuk tidak bersyukur," ucapnya.
Yoko dan Agus Mertayasa dipilih karena dianggap istimewa karena memiliki semangat yang luar biasa dalam menjalani kehidupan meskipun dalam keadaan kekurangan fisik.
Ayu menceritakan sempat terjadi perbedaan konsep dalam penggarapan video klip. Ia menginginkan melibatkan anak-anak disabilitas dalam penggarapan video klip.
Sedangkan Eka Jaya menginginkan anak-anak normal namun hidup dalam kemiskinan.
"Saya pribadi sangat bahagia sekali karena bisa lepas dari tema yang biasa kami bawakan. Tidak lagi bertema cinta seorang kekasih. Harapan kami lebih bisa mengedukasi para pendengar," pungkas Ayu.
Memiliki Taksu yang Berbeda
Eka Jaya yang juga menulis sendiri lagu-lagunya mengaku lagu yang ia tulis kali ini memiliki taksu yang berbeda.
Meskipun banyak orang yang meminta dituliskan lagu, namun ia tidak pernah menerima bahkan tidak pernah menjual lagunya kepada orang lain.
"Saya tetap percaya sebagai orang Bali itu taksunya beda dan saya percaya dengan alam. Kalau bulu kuduk saya sendiri tidak berdiri, lagu itu tidak memiliki taksu. Itu yang menjadi pedoman saya," ungkap Eka Jaya.
Dalam lagu "Astungkara Ada Jalan", Eka Jaya ingin membuat sejarah dan cita-cita dalam hidupnya dengan membuat lagu motivasi kehidupan yang bisa mensupport semua orang.
Tak lagi soal materi, namun menghasilkan karya yang benar-benar dihargai dan dikenang.
"Saya ingin pendengar itu pertama bisa masuk ke dalam tembangnya. Setelah itu syair yang menyampaikan makna lagu itu. Jadi lagu itu tidak hanya sekadar lewat," tambahnya.
Dalam pembuatan lagu, Eka Jaya mengaku inspirasi datang ketika tidak direncanakan, yakni misalnya saat dirinya tengah mengendarai sepeda motor.
"Dalam HP saya ini isinya full rekaman lirik lagu yang datang ketika saya sedang di jalanan. Kalau saya langsung pegang gitar atau alat musik lainnya, itu malah tidak datang. Saya percaya bahwa wahyu itu datangnya tidak dicari. Wahyu datang secara tiba-tiba," paparnya.
Bahkan, menurut pengakuannya, dalam membuat sebuah lagu ia bisa menulis 1 syair lagu menjadi 1 buku karena selalu dikupas lebih mendalam dan terus dikoreksi hingga menemukan syair yang final. (*)