Ramadan 2019
Hikmah Idul Fitri Bagi Umat Islam Menurut M. Ghazi Habibullah
Kita kembali pada hati nurani kita sendiri, setidak-tidaknya setahun sekali, yaitu dalam suasana Idul Fitri.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Apa yang diungkapkan oleh Agama Islam, itu pula yang disuarakan oleh hati nurani manusia.
Apa yang dibisikkan oleh hati nurani, itu pula yang diajarkan oleh Agama Islam.
Islam mencela pandangan, sikap ucapan dna perbuatan yang dursila.
Demikian juga hati nurani manusia.
Hati nurani manusia memuji dan menghormati pandangan, sikap, ucapan dan perbuatan yang susila Demikian pula agama kita.
Jadi hati nurani manusia itu konsisten dengarn agama samawi.
Hati nurani adalah pesawat atau lebih tepat daya.
Dalam rohani kita yang peka terhadap segala daya rangsang dari luar (yang positif maupun negatif), maka segala yang bersifat positifsegera diterima sedang yang negatif ditolak.
Hati nurani ini laksana lentera yang menerangi alam sekitar, bila nyalanya seksama dan kacanya bersih dari segala polusi.
Hati nurani harus senantiasa didengarkan, diperhatikan.
Bila ia terus menerus tidak diindahkan, tidak dihiraukan, maka lama kelamaan nyalanya kian redup karena keranda lenteranya dipenuhi polusi ketidakpedulian kemasabodohan.
Cahaya lentera itu memudar, tidak mampu menyinari lingkungannya.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia
Dalam kesempatan Idul Fitri ini, marilah kita kembali pada mula kejadian kita yang jati sekali yaitu cenderung dan rindu kepada Allah Yang Maha Agung lagi Mulia, Yang Maha Suci lagi Rahim, Yang Maha Baik lagi Indah, Yang Maha Benar lagi Adil.
Kita kembali pada hati nurani kita sendiri, setidak-tidaknya setahun sekali, yaitu dalam suasana Idul Fitri.
