Komang Tastriani Sedih Sekolahnya Ditutup, SMP TP 45 Kayuambua 2 Tahun Sulit Dapat Siswa
Sempat berjaya pada tahun 1990-an, SMP Taman Pendidikan 45 atau dikenal TP 45 Kayuambua Susut akhirnya ditutup tahun 2019 ini
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
Bahkan siswa datang dari wilayah Kecamatan Kintamani hingga Kabupaten Gianyar.
Saking banyaknya peminat, lanjut Alit, pada tahun 1993 SMP TP 45 membuka dua shift.
Baca: Prakiraan Cuaca Hari Ini: Bangli Berawan, Suhu Terendah 22 Derajat Celcius
Baca: Perempuan Ini Lakukan 15 Kali Operasi Plastik Demi Mirip Barbie, Begini Penampilannya Sekarang
“Dulu kebanyakan siswa yang bersekolah di sini dari Desa Tiga dan Desa Penglumbaran, Susut. Beberapa datang dari Tampaksiring serta Desa Sekardadi, Kintamani,” ungkap Alit.
Masa emas sekolah ini mulai menyusut sekitar tahun 2000 bersamaan dengan pembukaan sejumlah sekolah negeri di dekat lokasi SMP TP 45.
Calon siswa lebih memilih sekolah negeri apalagi adanya sistem rayonisasi.
“Kita swasta tidak ada rayonnya. Jadi kita menerima siswa yang tidak dapat di negeri. Terakhir kita menerima siswa baru tahun 2016, dan setelah itu kami tidak mendapatkan siswa baru,” ujarnya.
Diungkapkan pula, SMP TP 45 sebelumnya mempekerjakan 12 tenaga guru terdiri dari 7 orang guru PNS serta 5 orang guru honor.
Namun karena jumlah siswa terus menyusut, para guru terpaksa pindah lantaran kekurangan jam mengajar.
Baca: Fakta Manusia Dimakan Buaya di Riau: Hilang saat Mancing, Potongan Tubuh Ditemukan Dalam Perut Buaya
Baca: Berkat Tes DNA, Kasus Pembunuhan 5 Bayi Belasan Tahun Lalu Terungkap, Pelakunya Sang Ibu Kandung
“Sekarang tinggal saya di sini. Namun dalam waktu dekat saya juga akan pindah ke SMPN 1 Susut mengajar matematika,” ungkapnya.
Alit mengaku belum bisa memastikan peruntukan sekolah itu setelah ditutup.
“Kami serahkan kepada Yayasan TP 45 anak cabang Kayuambua. Untuk apa, rencananya ke depan seperti apa, nanti menunggu hasil rapat,” tandasnya.
Enam orang siswi lulusan SMP TP 45 pada hari itu berada di sekolah.
Mereka ikut membantu menyiapkan ruangan yang akan digunakan untuk acara perpisahan.
Ni Komang Tastriani mengungkapkan saat menjadi siswi baru ia hanya memiliki delapan orang kakak kelas.
Tastriani mengaku sangat sedih karena almamaternya tidak lagi melaksanakan kegiatan belajar mengajar mulai tahun ini.
Menurutnya banyak kenangan yang tertinggal di sekolah tempatnya menimba ilmu selama tiga tahun.
“Harapannya ada murid baru agar tidak ditutup," ungkapnya. (*)