Komponis Kini 2019 “A Tribute to Wayan Beratha” Hadirkan Dua Komposer Muda
Keduanya akan menampilkan karya terkini berupa komposisi musik baru untuk perangkat gamelan
“Beratha mengadopsi walzt dalam karyanya. Saya sendiri memakai max/msp dalam karya saya, untuk martabat gamelan itu sendiri,” kata komposer asal Tabanan ini.
“Melalui karya Monk, saya berharap masyarakat gamelan Bali merefleksikan kembali, apa makna new music for gamelan itu,“ ungkapnya.
Priya Kumara Janardhana sedari tahun 2007 telah aktif terlibat dalam berbagai pertunjukan gamelan.
Ia pun telah menciptakan banyak komposisi dan kerap bekerjasama dengan sejumlah kelompok dan seniman dalam menggarap musik untuk pertunjukan atau teater.
Ia mentransfer Contrapunctus I dari J S Bach ke Gamelan Semara Pagulingan dan Gamelan Salunding Tenganan, melalui sebuah kesempatan yang diberikan oleh Giovanni Sciarrino kepada I Putu Sukaryana, pimpinan gamelan Kembang Ceraki.
Dua komposer muda tersebut juga terbukti kreativitasnya lintas batas.
Mereka intens bergaul di dalam masyarakat penghayat gamelan, dan masing-masing punya kecenderungan serta langgam musikal yang berbeda.
Baca: Bali United Day! Jamu PSIS Semarang Sore Ini, Bali United Turunkan The Winning Team
Baca: Perlu Diketahui, Jumlah Hari Bekerja Terbaik untuk Kesehatan Mental Hanya Satu Hari dalam Seminggu
I Putu Adi Septa Suweca Putra sempat bermukim di Solo, menekuni studi serta bergaul intens dengan seniman-seniman musik kota tersebut.
Sedangkan Yan Priya Kumara Janardhana mengalami tahapan kreatif yang sama, namun di kota Yogyakarta.
Komponis Kini merupakan sebuah program digagas Bentara Budaya Bali bersama tiga komposer yang konsisten memperjuangkan New Music for Gamelan; I Wayan Gde Yudane, Wayan Sudirana dan Dewa Alit.
Bertujuan untuk menciptakan atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan Tanah Air, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new gamelan).
Sedini awal program Komponis Kini ini diniatkan sebagai sebuah upaya re-formasi, memberi format dan pemaknaan baru (re-interpretasi) terhadap gending-gending yang tergolong klasik atau yang sudah ada, sekaligus melakukan penciptaan (re-kreatif) yang (sama sekali) baru.
Yang dikedepankan bukan semata konservasi, namun terutama adalah eksplorasi mendalam terhadap ragam komposisi musikal ini; sebuah penciptaan baru melampaui kebakuan, akan tetapi tetap merefleksikan filosofis tertentu.
Program ini terencana dan berkelanjutan, memberikan pencerahan bagi publik musik, sekaligus apresiasi agar masyarakat turut merayakan bentuk-bentuk kesenian yang mencerminkan ekspresi kekinian, terpujikan secara artistik dan bermutu tinggi. (*)