Ngopi Santai
Pembeli Pun Bisa Berlari-lari
Perilaku kaum milenial yang unik pun mengguncang dunia kerja. Hari gini jangan lagi tuan dan puan bayangkan mereka mau rutin masuk kantor pukul 08.00
Penulis: DionDBPutra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
JUDUL menohok ini langsung menarik perhatian saya ketika memulai aktivitas kerja pagi 1 Juli 2019. Kompas.com menulis demikian, Kejayaan ITC Mangga Dua Mulai Surut, Pembeli Pun Bisa Berlari-lari…
Saat diakses pada pukul 09.05 Wita, artikel ini menempati posisi nomor satu terpopuler, sudah dibaca 122.696 kali. Ya, siapa tidak kenal ITC Mangga Dua? Tempat itu merupakan satu di antara pusat perbelanjaan favorit di Jakarta.
Saya pernah beberapa kali berkunjung ke pusat perbelanjaan tersebut. Koleksi pakaiannya memang sangat beragam dan sesuai selera pasar. Kiranya banyak orang pernah ke sana bukan?
Kompas.com melukiskan lokasi ini dulu merupakan salah satu pasar tersibuk di ibu kota. Pada masa itu, pengunjung yang datang untuk berjalan kaki saja susah, tak hanya pengunjung yang padat, tapi ruang-ruang yang ada juga dimanfaatkan oleh pedagang sehingga hanya tersisa sedikit ruang untuk berjalan kaki.
Namun, kini pemandangan itu sirna. Seperti terlihat pada Minggu 30 Juni 2019, hari yang lazimnya masyarakat berbelanja, ITC Mangga Dua tak lagi seramai dulu. Kesepian sungguh terasa. Banyak ruang kosong. “Pembeli pun bisa berlari-lari,” kata seorang penjual dalam nada berseloroh yang miris.
Mau bilang apa, inilah perubahan yang sedang terjadi. Benarlah apa yang sejak lama diingatkan para pakar bahwa generasi milenial akan merontokkan banyak hal, baik produk, layanan jasa bahkan bidang kerja yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun digeluti manusia. Mereka menyebutnya “millennials kill”.
Anda bisa baca ulasan menarik Andrew Bridgman berjudul The Official Ranking of Everything Millennials Have Killed (http://www.collegehumor.com/post/7045438/millennials-are-bad). Dibeberkan aneka produk dan layanan yang “dibunuh” kaum milenial.
Sebut misalnya bir di urutan ke-5, kartu kredit urutan ke-10, sabun batang 15, department store di urutan 20, TV kabel 21, olahraga golf 23 dan berlian di urutan ke-29.
Sekarang kita mengerti mengapa ITC Mangga cenderung sunyi. Nasib yang mirip pun sudah mendera pusat-pusat perbelanjaan lainnya di tanah air.
Sungguh tak dapat dipungkiri bahwa perilaku dan preferensi kaum milenial berubah drastis dibandingkan dengan generasi sebelumnya seperti Baby Boomers dan Gen-X, sehingga produk dan layanan tertentu tidak relevan lagi bahkan terancam punah.
Setidaknya sejak dua tahun terakhir pengunjung department store di seluruh dunia termasuk di Indonesia seperti Ramayana, Matahari Lotus secara pelan tapi pasti mulai bertumbangan. Jumlahnya tak serimbun masa lalu.
Musababnya adalah milenial yang bergeser perilaku dan preferensinya tadi. Ciri perilaku milenial adalah lebih doyan berbelanja via online dan tak lagi getol berburu barang, mereka justru banyak mengonsumsi pengalaman (leisure).
Anak saya yang berusia 19 tahun, saat mengisi liburan kuliah baru-baru ini minta ongkos bukan untuk belanja barang, makan-makan atau nonton film. Tapi untuk jalan-jalan ke berbagai destinasi menarik di Pulau Timor bersama kawan-kawannya. Mereka memburu spot yang instagramable.
Cuma makan nasi bungkus pun mau. Kulitnya terpanggang matahari bukan masalah besar. Sebelumnya, saat liburan tengah semester dia pun jalan-jalan ke bumi Parahyangan. Begitu ceria dan penuh semangat menjelajahi beragam spot menarik di Jawa Barat.
Jadi kaum milenial tak gandrung amat main ke mal hari-hari belakangan. Kalaupun ke sana mereka toh sekadar cuci mata, nongkrong dan mencari suasana berbeda guna mengusir kejenuhan.