Dampak Semburan Belerang Danau Batur 8.000 Bangkai Ikan Mengambang, Ketut Wania Merugi Rp 70 Juta

Semburan belerang di kawasan Danau Batur mulai menimbulkan dampak. Sementara diperkirakan 8.000 bangkai ikan milik peternak yang dipelihara di Keramba

Tribun Bali/M. Fredey Mercury
BELERANG - Bangkai ikan mengambang di keramba milik Wania, Senin (15/7/2019). Petugas dinas PKP saat melakukan uji sampel kandungan air di wilayah Banjar Seked, Desa Batur, Kintamani, kemarin. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Semburan belerang di kawasan Danau Batur mulai menimbulkan dampak.

Sementara diperkirakan 8.000 bangkai ikan milik peternak yang dipelihara di Keramba Jaring apung (KJA), telah mati.

Bangkai-bangkainya mengambang di permukaan air.

Peternak ikan di Banjar Seked, Desa Batur, Kintamani, I Ketut Wania mengungkapkan, kematian ikan ia ketahui kemarin.

Dari total 34 lubang KJA, dua lubang di antaranya penuh oleh bangkai ikan. Dua lubang tersebut berisi penampungan ikan yang siap panen.

“Dua KJA ini memang dipersiapkan untuk masa panen sehingga dalam sebulan terakhir terus dipacu dalam pemberian pakan. Namun karena ada kesibukan beberapa hari terakhir, ternyata duluan mati akibat belerang ini,” ucapnya Wania, Senin (15/7).

Satu lubang KJA diperkirakan berisi 4.000 hingga 5.000 ikan nila. Rata-rata ikan pada dua KJA tersebut berusia tujuh hingga delapan bulan dan memiliki berat tiga hingga empat kilogram.

Dengan demikian total ikan yang mati mencapai 2,5 ton. Sementara yang masih bertahan hidup hanya ikan kecil berusia di bawah tiga bulan.

“Berdasarkan perilakunya ikan kecil ini lebih sering berada di permukaan sehingga mereka aman dari belerang. Sementara ikan yang besar, cenderung lebih sering berada di bawah, serta memerlukan oksigen yang lebih banyak. Ikan yang kini terlihat mati dan mengambang ini belum merupakan jumlah seluruhnya. Karena sebelum empat jam pasca kematian ikan akan tenggelam,” ucapnya.

Wania tidak memungkiri fenomena semburan belerang ini merupakan siklus tahunan.

Meski demikian, KJA di wilayah Banjar Seked cenderung lebih aman dari dampak semburan belerang pada tahun-tahun sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu, sejak setahun belakangan dampak belerang baru diketahui merebak, hingga wilayah Seked.

Kata Wania, jangka waktu semburan belerang berlangsung selama satu hingga dua pekan, yakni pada bulan Juli hingga awal September.

Namun dampak paling parah hanya dua hingga tiga hari. Semburan belerang ini juga dikatakan dia, bergantung pada arah embusan angin.

“Kalau embusannya dari arah timur, wilayah KJA ini aman. Sebaliknya jika embusan angin dari arah selatan, maka kembali terdampak. Jadi meskipun semburan belerang berlangsung hingga beberapa bulan, titik semburan tidak selalu sama,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved