Viral Ikan Terdampar di Pantai Batu Bolong Dikaitkan dengan Gempa Bali, Begini Klarifikasi BMKG Bali
Menurutnya mengait-ngaitkan itu biasa namun antara ikan dengan gempabumi itu berbeda jauh.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Viral video di media sosial instagram munculnya ikan terdampar di Pantai Batu Bolong, Canggu, Badung, Bali.
Dalam video berdurasi satu menit tersebut, terlihat beberapa warga mengambil ikan yang terdampar di Pantai Batu Bolong, Canggu, Bali.
Dikutip Tribun Bali via Kompas.com, belakangan beredar video yang menunjukkan banyak ikan terdampar di Pantai Batu Bolong, Canggu, Badung Bali di media sosial.
• Fenomena Ikan Terdampar di Pantai Batu Bolong, Warga dari Luar Lokasi yang Ramai Mengambil
• Ternyata Ini Penyebab Ikan Terdampar di Pantai Batu Bolong Canggu, Disebut Jenis Lemuru
Dalam video tersebut tergambar puluhan warga tengah berada di tepi sebuah pantai lalu bersama-sama mengumpulkan ikan-ikan yang terdampar.
Beberapa warganet mengunggah video tersebut dan mengaitkannya dengan gempabumi berkekuatan magnitudo 6 di Bali pagi tadi, Selasa (16/7/2019).
"Beredar video ikan loncat ke daratan di Pantai Canggu, Bali. Peristiwa ini dihubungkan dengan Gempa di Bali pagi tadi," tulis pemilik akun @WartaBromo, Selasa.
Dalam unggahannya @tohir menyebut "ada kejadian fenomena alam sebelum gempa terjadi, tepatnya tadi malam ada ribuan ikan di Pantai Batu Bolong Senin Malam 15 Juli 2019."
Hingga pukul 09.20 WIB, video yang diunggah akun @tohir tersebut telah dilihat lebih dari 2.000 kali.
Dikonfirmasi saat press conference di Nusa Dua, Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan mengatakan mengaitkan fenomena dengan bencana seperti gempabumi itu sudah biasa.
Menurutnya mengait-ngaitkan itu biasa namun antara ikan dengan gempabumi itu berbeda jauh.
Biasanya ikan terdampar di pesisir itu terkait arus laut yang hangat.
“Tetapi memang fenomena alam sering dikaitkan. Saya tegaskan sekali lagi di sini tidak ada kaitannya itu,” tegasnya.
Memang dulu pernah ada peneliatan tingkah laku ikan terhadap prediksi gempabumi.
Tahun 1975 di China sebelum terjadi gempabumi tingkah laku ikan saat itu lebih agresif atau meloncat-loncat hingga keluar dari kolam.
Namun penelitian terhadap fenomena itu hanya terjadi sekali setelah itu tidak terjadi agresif nya tingkah laku ikan sebelum terjadi gempabumi.
“Menurut saya fenomena tingkah laku ikan itu tidak memungkinkan. Karena saya pakai logika ya,” imbuhnya.
Ditekankan sekali lagi hingga saat ini belum ada alat pendeteksi gempa yang dapat meramalkan adanya gempa dalam beberapa waktu ke depan, baik di Indonesia maupun luar negeri belum ada alat secanggih itu.
Namun untuk lokasi dimana akan terjadinya gempabumi bisa diprediksikan karena dilihat dari pengamatan subduksi dari lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia.
Dan jika dikaitkan fenomena Purnama dengan gempabumi tidak ada kaitannya.
“Seharusnya kita tidak mengkaitkan itu ya. Saat purnama atau bulan mati, pada saat bulan dan matahari itu satu garis daya gravitasinya kan maksimal. Maka memungkinkan untuk air pasang baru ada kaitannya, permukaan bumi juga naik tapi tidak begitu terlihat,” ungkap Taufik.
Sementara itu saat disinggung kira-kira selama satu semester I tahun 2019 Pulau Bali mengalami berapa kali gempa.
M. Taufik Gunawan menyampaikan dirinya tidak membawa data itu tetapi yang jelas setiap hari pasti ada gempa kecil dibawah 3SR.
“Saya pastikan setiap hari ada terjadi gempa dengan skala kecil di bawah 3. Kalau misalkan rata-rata sehari ada 5 gempabumi, berarti satu bulan ada 150 kali gempabumi, dikalikan 6 bulan berarti ya kurang lebih 900,” tuturnya.
Dan jika terjadi gempa besar di suatu wilayah akan terjadi gempa susulan yang kecil-kecilnya lebih banyak. (*)
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNBALI