Kisah Meme Bukit Penyambung Pesan Sukma Soeharto, Kebo Iwa, Patih Gajah Mada

Saya disuruh Bhatara Lingsir yang ada di Gunung Agung, untuk menyayangi Bali dengan sekala dan niskala. Ini disampaikan dengan berbicara langsung deng

Penulis: Meika Pestaria Tumanggor | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN BALI/MEIKA PESTARIA TUMANGGOR
NI Nyoman Sipleg atau yang biasa dipanggil Meme Bukit, menggelar doa dan ritual persembahan untuk para leluhur dan ruh pejuang kemerdekaan Indonesia, Kamis (15/8/2019) malam 

Kisah Meme Bukit Penyambung Pesan Sukma Soeharto, Kebo Iwa, Patih Gajah Mada

TRIBUN-BALI.COM - NI Nyoman Sipleg atau yang biasa dipanggil Meme Bukit, menggelar doa dan ritual persembahan untuk para leluhur dan ruh pejuang kemerdekaan Indonesia, Kamis (15/8/2019) malam.

Ritual kali ini juga digelar atas permintaan Bhatara Lingsir.

Meme Bukit mengaku memiliki kemampuan melihat "dunia lain" dan dapat berkomunikasi dengan para leluhur.

Meme Bukit kerap menerima pesan dari para leluhur untuk kebaikan dan keamanan Bali.

Dan telah melakukan persembahan sajian kepada para Leluhur sejak 1999.

"Saya disuruh Bhatara Lingsir yang ada di Gunung Agung, untuk menyayangi Bali dengan sekala dan niskala. Ini disampaikan dengan berbicara langsung dengan Bhatara Lingsir," kata Meme Bukit.

"Sekala, membantu anak yang kurang mampu dengan kita menyisihkan jerih payah kita, walaupun kita jadi buruh tani. Yang niskala, beliau (Leluhur) yang ada di pura atau yang di perempatan, kita memberikan atau mempersembahkan kepada leluhur sajian yang layak kita makan. Jangan yang sudah tidak layak makan, seperti nasi yang sudah kering. Kita tidak bisa makan, beliau yang di dunia lain juga tidak bisa makan," kata Meme Bukit.

Menjelang Hari Kemerdekaan ke-74 RI, Meme Bukit rutin menggelar doa dan ritual persembahan kepada para Pahlawan, yang dilakukan setiap 16 Agustus.

Namun, tahun ini dimajukan sehari karena bertetapan dengan purnama tilem

Doa diawali dengan memercikkan air suci di tanah Nusantara yang ditancapkan bendera merah putih dan dilanjutkan dengan menabur bunga, dan menyiapkan sajian nasi merah putih.

Tanah tempat tertancapnya Bendera Merah Putih itu adalah simbol lempengan berbentuk kura-kura, yang di bawahnya terdapat perwakilan pasir dari tiga pulau, yaitu Pulau Bali, Jogjakarta dan Pulau Lombok.

"Pasir ini diambil karena disuruh oleh sukma Bapak Soeharto. Pada 18 Oktober 2016 untuk yang di Jogjakarta. Dan 1 Desember 2016 di Lombok. Karena tahun 2018 akan ada bencana alam, gempa, tsunami, angin puting beliung dan api membakar rumah," kata Meme Bukit.

"Dan untuk pengayatan di tanah Ibu Pertiwi, ada pasir seluruh Nusantara di ambil dari Hotel Bali Beach Sanur, Bali yang disuruh oleh Sukma Patih Kebo Iwa dan Sukma Patih Gajah Mada untuk dipendem di Pondok Ni Nyoman Sipleg (Meme Bukit). Setiap Purnama dan Tilem dipercikkan air suci/tirta, ditaburi bunga dan diberi sesajen dan terus memohon semoga Beliau kuat memikul beban berat seperti ini. Pulai-pulau itu disimbolkan Ibu Pertiwi se-Nusantara yang ada di Bumi," ujar Meme Bukit.

Doa dan ritual ini juga bagi Ibu Pertiwi yang telah memberikan tempat kepada seluruh anak bangsa Indonesia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved