Hasil Autopsi Jenazah Li Huiling WN China yang Tewas di Nusa Lembongan Bali, Begini Kata dr. Alit
Objek wisata Devil Tears di Lembongan, Klungkung kembali menelan korban jiwa, adalah Li Huiling (38) warga asal China yang tewas
Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Objek wisata Devil Tears di Lembongan, Klungkung kembali menelan korban jiwa, adalah Li Huiling (38) warga asal China yang tewas setelah alami insiden terjatuh dari tebing saat berswafoto, Sabtu (17/8/2019).
Menurut informasi yang dihimpun Tribun Bali, melalui pernyataan Kasubag Humas Polres Klungkung AKP Putu Gede Ardana menjelaskan, kejadian laka laut tersebut terjadi sekitar pukul 09.50 Wita.
Jenazahnya pun dibawa ke KMJ RSUP Sanglah dan tiba pada pukul 14.35 (17/8/2019).
dr. Alit dr. Ida Bagus Putu Alit selaku Kepala Bagian SMF Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah telah menerima jenazah dan telah dilakukan autopsi.
"Jenazah tewas karena terseret ombak di tebing Devil Tears Nusa lembongan. Jenazah masuk forensik jam 14.35. Perkiraan waktu kematian kurang dari 8 jam sebelum pemeriksaan. Ada luka terbuka pada kepala, lecet dan memar pada punggung dan anggota gerak atas dan bawah," ujarnya.
Ia mengatakan untuk saat ini jenazah masih dititipkan di KMJ RSUP Sanglah.
Sampai saat ini belum ada pihak keluarga yang menghubungi atau mendatangi pihak rumah sakit.
Diberitakan sebelumnya, Wisatawan asal Tiongkok, Li Huiling (38), mengalami kecelakaan di objek wisata Devil Tears, Desa Lembongan, Klungkung, Sabtu (17/8/2019).
Wanita tersebut terjatuh dari tebing, ketika berswafoto di objek wisata yang telah beberapa kali menelan korban jiwa tersebut.
Korban termasuk dalam rombongan tamu Tiongkok dari agen Happy Bali.
Ketika baru menginjakkan kaki di objek wisata Devil Tears, korban dan rombongannya sempat mendapatkan penjelasan dari pemandu wisata Agen Happy Bali, Chandra.
"Saat tiba di objek wisata, korban dan rombongannya sudah mendapatkan peringatan dari pemandu wisatanya agar tidak berfoto-foto terlalu dekat dengan bibir tebing," ujar Putu Gede Ardana.
Setelah diberikan penjelasan, korban Li Huiling sempat menitipkan tasnya ke pemandu wisatanya, Chandra.
Ia lalu bergabung dengan rombongan lainnya untuk berfoto di tebing karang yang terjal.
Mereka ingin mengabadikan foto dengan latar belakang cipratan gelombang (water blow) di Devil Tears yang sudah mendunia.
Namun ternyata Li Huiling tidak mengindahkan peringatan dari pemandu wisata, dan sejumlah papan pengaman yang banyak dipasang di destinasi tersebut.
Ia berfoto terlalu dekat dengan bibir tebing, dan tiba-tiba datang gelombang tinggi yang mengempas tubuhnya.
"Korban ternyata berfoto terlalu dekat dengan bibir tebing. Ketika berfoto, ada hantaman gelombang yang mengempas tubuhnya. Sehingga korban jatuh ke laut," ungkapnya.
Warga yang menyaksikan kejadian tersebut, langsung berusaha menolong korban.
Meskipun kondisi gelombang di Devil Tears terkenal ganas, warga berusaha mengevakuasi tubuh korban dengan jukung.
Sekitar 20 menit dilakukan upaya penyelamatan, tubuh korban Li Huiling berhasil dievakuasi, dan langsung dilarikan ke Puskesmas Jungut Batu.
Namun ketika dalam perjalaman menuju Puskesmas, korban mengembuskan nafas terakhir.
"Korban meninggal dunia ketika hendak dilarikan ke Puskesmas," jelas Putu Gede Ardana. (*)