Kronologi Puluhan Penabuh Balaganjur Keracunan Makanan, Kadek Sutrisna: Hanya 2 yang Tak Kena

I Kadek Sutrisna terbaring lemah di Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar, Sabtu (21/9).

Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/M. Firdian Sani
TERBARING LEMAH -  I Kadek Sutrisna menjalani perawatan di Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar, Sabtu  (21/9/2019).   

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - I Kadek Sutrisna terbaring lemah di Rumah Sakit Dharma Yadnya Denpasar, Sabtu (21/9).

Ia mengalami  keracunan makanan saat gladi bersih untuk lomba balaganjur Buala Culture Festival 2019 di lapangan eks Tragia Nusa Dua, Kamis (19/9) hingga Jumat (20/9).

Selain Sutrisna, puluhan orang lainnya juga mengalami hal yang sama.

"Saya gladi jam 8 malam hari Kamis (19/9) lalu dikasih makan jam 3 pagi hari Jumatnya," ujarnya pelan saat ditemui Sabtu (21/9).  Setelah beberapa jam, tepatnya pada pukul 14.00 Wita, Jumat (20/9), ia  diare, lemas disertai pusing. 

"Banyak juga teman-teman yang keracunan, bukan cuma saya aja," ujarnya.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana (Unud) ini mengaku hanya dua orang temannya yang tidak keracunan.

"Ada dua teman saya yang gak kena, satu karena gak makan, satunya lagi karena gak makan telur yang ada di nasi jinggo," katanya.

Awalnya, Sutrisna  tidak merasa curiga terhadap  nasi yang diberikan petugas dari  Dinas Kebudayaan Kota Denpasar itu. 

Dalam kondisi lapar ia melahap habis nasi tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Drs. I Gusti Ngurah Bagus Mataram  masih menunggu  laporan dari  tim kesehatan yang menguji  makanan yang dicurigai sebagai penyebab keracunan.

''Kita menunjuk rekanan untuk memenuhi konsumsi seniman kita dan kebetulan ada musibah ini. Kita sudah cek sampel makanannya di BPOM dan kita masih menunggu penyebabnya, apakah dagingnya atau telurnya," ujarnya.

Batal Ikut Lomba

Saat ditemui kemarin,  Kadek Sutrisna didampingi ayah kandungnya, I Wayan Sana yang juga Bendesa Adat Penatih. 

Wayan Sana menuturkan, desa Penatih terpaksa batal mengikuti lomba balaganjur lantaran hampir semua penabuh keracunan.

"Jumlah penabuhnya 35 orang dan semua gak bisa ikut. Ya karena keadaan gini mereka gak mampu ikut. Padahal latihannya memakan waktu tiga bulan dan biaya sudah keluar banyak, Rp 50 juta. Mereka sangat marah dan kecewa, ya mau gimana lagi ini musibah dan enggak ada pengganti mereka," kata Wayan Sana.

Ia berharap pihak Dinas Kebudayaan Kota Denpasar  menjenguk anaknya yang terbaring di rumah sakit.

"Iya saya berharap mereka melihat anak saya, karena anak saya kan juga butuh dukungan," ujarnya.

Putu Wahyudi Eka Putra selaku pendamping lomba balaganjur Telung Barung Desa Pekraman Penatih juga menjadi korban.

"Iya makan nasi jinggonya itu, gejalanya sih beda-beda setiap orang.  kalau saya diare, lemas  sama pusing," katanya saat ditemui di kediamannya di Desa Pekraman Penatih.

Ia melukiskan peristiwa ini sebagai keracunan massal yang mengakibatkan puluhan orang dari banjar dan desa adat terkapar.

"Ada tiga banjar yang kena karena mereka kan ikut lomba juga. Ada Banjar Angabaya, Desa Adat Penatih dan Tembau Kelod," jelasnya. Saat ini Putu Wahyudi beristirahat di rumahnya.  (*) 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved