Kisah Hidup Kakak Beradik Yatim Piatu di Klungkung, Telusuri Sungai Cari Sayuran Liar Untuk Dijual

Kisah Hidup Kakak Beradik Yatim Piatu di Klungkung, Telusuri Sungai Cari Sayuran Liar Untuk Dijual

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Kisah Hidup Kakak Beradik Yatim Piatu di Klungkung, Telusuri Sungai Cari Sayuran Liar Untuk Dijual 

Jika tidak mendapatkan sayur-sayuran, keduanya lalu pergi jauh ke tegalan untuk mencari-cari buah kelapa yang jatuh. Buah kelapa yang jatuh itupun, dijualnya untuk hidup sahari-hari. Sang kakak bahkan bekerja keras, dengan menjadi tukang panjat pohon. Walaupun terkadang kejadian yang menimpa ayahnya, masih terbayang-bayabg dibenaknya.

" Saya tidak pilih-pilih kerjaan, tidak pernah terlintas rasa gengsi atau sebagainya. Saya juga tetap membantu bibi dengan jadi buruh memanjat pohon, walau masih takut dengan kejadian yang dialami bapak saya dulu. Semoga saya selalu selamat," ungkapnya.

Jika dagangannya laku, biasanya keduanya bibinya dapat berjualan Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu setiap harinya. Uang itu diberikan kepada keduanya untuk bekal sekolah, membeli buku, atau ditabung oleh keduanya untuk keperluan lainnya. Beruntung untuk biaya sekolah, mereka sudah ditanggunh sekolah. Hanya buku tulis dan LKS yang mereka kadang cicil untuk membelinya.

" Kadang beli buku LKS, urunan dengan teman sebangku," ujar Suardana

Keduanya pun tercatat sebagai siswa yang berprestasi, karena menjadi atlet lompat tinggi di sekolahnya. Bahkan sang kakak sempat beberapa kali mengikuti Porsenijar, dan saat masih SD sempat mendapat juara dibidang atletik.

" Saya dan adik, sempat ikut-ikut lomba loncat jauh," ungkapnya.

Hidup dengan penuh keterbatasan tidak membuat keduanya putus asa. Keduanya tetap memiliki cita-cita yang mereka harap dapat tercapai suatu saat nanti. Kadek Suardana yang meniliki tubuh tegap, berharap suatu saat nanti dapat menjadi polisi. Sementara sang adik, Komang Juniarta berharap dapat menjadi seorang chief atau koki yang handal. Mereka pun masih memiliki untuk dapat bersekolah ke jenjang setinggi-tingginya.

"Kami tetap berharap dapat bersekolah hingga ke jenjang yang tinggi. Oleh sebab itu kami bekerja keras, kami ingin berusaha untuk dapat hidup lebih baik lagi kedepannya," ujar Suardana.

Sementara sang bibi, Ni Wayan Sadiari yang seorang diri mengasuk dua keponakannya tersebut, mengaku sangat bengga. Ia tidak sekalipun membiarkan dua keponakannya itu sampai putus sekolah. Bahlan diusuianya yang sudah cukup renta, ia masih berusaja merawat kakak beradik yang sudah dianggapnya sebagai anak kandung sendiri tersebut.

" Saya sudah tua, tidak banyak harapan yang saya inginkan, selain ingin melihat mereka bersua sukses saat sudah dewasa," harapnya dengan mata berkaca-kaca. (Mit)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved