Kisah dari Wamena, Warga Pendatang Diungsikan ke Gereja hingga Trauma yang Masih Membekas

Sejumlah warga pendatang dari Padang, Jawa, Makassar bercerita bagaimana mereka diselamatkan saat kerusuhan

Editor: DionDBPutra
KOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI
Para pengungsi dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, tiba di LanudSilas Papare Jayapura, Jumat (27/9/2019) 

Kisah dari Wamena, Warga Pendatang Diungsikan ke Gereja hingga Trauma yang Masih Membekas

TRIBUN-BALI.COM- Sejumlah warga pendatang dari Padang, Jawa, Makassar bercerita bagaimana mereka diselamatkan saat kerusuhan di Wamena setelah rumah mereka dibakar.

Salah seorang yang lolos adalah Mus Mulyadi yang memulai ceritanya pada Senin pagi sekitar pukul 08.00 pada 23 September lalu.

Pria asal Sumatera Barat ini sedang berjualan aneka makanan. Sate padang, lontong sayur, dan gado-gado sudah rapi tertata pada wadahnya.

"Saya baru buka. Pembeli baru satu-dua. Langsung pecah (kericuhan). Saya langsung jemput anak saya di sekolah," tutur Mus yang sudah bermukim di Wamena sejak 2006 lalu.

Selang 15 menit, pembakaran terjadi di samping SMP, cerita Mus.

"Setelah anak saya bawa pulang, kantor bupati dibakar. Selanjutnya POM bensin dibakar, merembet ke Woma," papar Mus saat ditemui di penampungan Ikatan Keluarga Minang (IKM) di Sentani oleh wartawan Enggel Wolly yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (30/92019).

Dalam kondisi tegang, Mus mengaku keluarganya dan ratusan orang lain diselamatkan penduduk asli Wamena.

"Kita 250 orang dibawa ke gereja, diungsikan, diselamatkan. Orang Padang, Jawa, Makassar dimasukkan ke gereja. Yang menyelamatkan asli orang Wamena. Mereka juga yang menjaga serta mengawal kami sepanjang hari itu," ungkapnya.

Setelah kondisi kelihatan aman, Mus dan keluarganya mengungsi ke Komando Distrik Militer Jayawijaya. Mereka tinggal di sana selama semalam, untuk kemudian mengungsi ke Jayapura menggunakan pesawat maskapai Trigana.

Mengingat kembali kerusuhan di Wamena, Mus mengaku tidak merasakan tanda-tanda konflik horizontal.

Ribuan warga penuhi pangkalan TNI AU Manuhua Detasemen Wamena.
Ribuan warga penuhi pangkalan TNI AU Manuhua Detasemen Wamena. ((KOMPAS.com/JOHN ROY PURBA))

"Saya dan keluarga hidup berdampingan dan sangat rukun. Masyarakat lokal, secara khusus orang Lembah Baliem sudah seperti keluarga saya sendiri. Putra daerah saya malah dekat dengan kita orang Padang. Kita sekolahkan dia, kita kasih makan, kita kasih gaji," paparnya.

Ditambahkan Mus, dia dan keluarganya masih menunggu hingga situasi kembali kondusif.

"Untuk sementara kita di Sentani dulu, memang sebagian besar harta benda seperti tempat jualan dan sebagian rumah sudah hangus terbakar. Kalau kondisi aman, kita pasti kembali lagi untuk memulai usaha kita dari awal lagi," ujarnya.

Sikap Mus diamini Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, yang mengunjungi masyarakat Sumbar di Papua.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved