Rp 10 Juta dari Polisi 'Plus' Tanda Tangan di Materai untuk Keluarga Korban Tewas Saat Demo di DPR

Jadi, ibu kandung (Maspupah) sudah melihat jenazahnya. Yang bersangkutan melihat tidak ada lebam-lebam.

Editor: Rizki Laelani
KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono 

Uang Rp 10 Juta dari Polisi 'Plus' Tanda Tangan di Materai untuk Keluarga Korban Tewas Saat Demo di DPR 

"Jadi, ibu kandung (Maspupah) sudah melihat jenazahnya. Yang bersangkutan melihat tidak ada lebam-lebam. Kemudian juga membuat pernyataan di surat bermaterai yang menyatakan memang almarhum ini mempunyai riwayat penyakit sesak nafas," kata Argo.

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Pihak kepolisian memberikan uang santunan sebesar Rp 10 juta kepada keluarga Maulana Suryadi atau Yadi, pria yang tewas saat aksi unjuk rasa di sekitar gedung DPR RI pada 25 September 2019.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan uang tersebut diberikan kepada ibunda Suryadi bernama Maspupah.

Menurut Argo, uang tersebut sebagai ungkapan duka dari pihak kepolisian.

"Kalau misalnya seseorang memberikan (uang) turut berduka boleh tidak? Boleh ya," ujar Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Mengenai penyebab kematian Maulana, Argo memastikan karena penyakit asma.

Ia menyebut pihak keluarga telah menandatangani surat berisi keterangan bahwa Yadi meninggal karena asma.

Jenazah Yadi disemayamkan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur sebelum akhirnya dijemput pihak keluarga.

"Jadi, ibu kandung (Maspupah) sudah melihat jenazahnya. Yang bersangkutan melihat tidak ada lebam-lebam. Kemudian juga membuat pernyataan di surat bermaterai yang menyatakan memang almarhum ini mempunyai riwayat penyakit sesak nafas," kata Argo.

Termurah Rp 32 Ribu, Termahal Rp 52 Ribu, Singgung Cukai, Ini Penjelasan Resmi Produsen Rokok

Malam Dipijat & Dicium Sang Anak, Pagi-pagi Diminta Lihat Jasad oleh Polisi dan Dibekali Rp 10 juta

Tak ada pendarahan

Kepala Instalasi Forensik RS Polri, Kombes Pol Edy Purnomo mengatakan tidak ada pendarahan pada jasad pemuda bernama Maulana Suryadi atau Yadi (23) saat dibawa ke RS Polri.

Ia mengaku tidak melihat bercak darah pada baju dan celana juru parkir tersebut.

"Yang pasti, saat datang di kamar jenazah tidak tampak pendarahan pada kepala. Baju dan celananya juga tidak ada bercak-bercak darahnya," ujar Edy Purnomo saat dikonfirmasi, Jumat (4/10/2019).

Edy Purnomo menjelaskan setiap jasad manusia mengalami pendarahan di bagian hidung dan telinga usai meninggal.

Menurut Edy hal itu dapat terjadi karena proses pembekuan darah tidak aktif.

Sehingga biasanya, lubang yang ada pada jasad manusia ditutup dengan kapas agar darah tersebut tidak keluar.

"Oleh sebab itu, semua jenazah dilakukan penutupan pada lubang-lubang yang ada di seluruh jasadnya dengan kapas, biasanya padat dan banyak," tutur Edi.

Sehingga, menurutnya terdapat kemungkinan darah yang terdapat pada kain kafan yang membungkus jasad Maulana disebabkan penutupan kapas pada lubang yang tidak dipasang dengan benar.

"Bila jasad seseorang tidak diformalin dan penutupan dengan kapas yang kurang pas. Maka, memungkinkan akan terjadi seperti itu," pungkas Edy.

Tak ada tanda kekerasan

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Pol Edy Purnomo mengatakan pihaknya tidak menemukan adanya bekas tanda penganiayaan di tubuh Maulana Suyadi alias Yadi.

Menurut Edy Purnomo jasad Yadi dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Kamis (25/9/2019).

"Tidak ada (tanda kekerasan pada tubuh korban)," kata Edy saat dikonfirmasi, Jumat (4/10/2019).

Namun, Edi tak mengungkapkan bagaimana hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap tubuh korban.

Ia hanya menyebut bahwa dari hasil pemeriksaan, korban diduga meninggal karena sesak nafas.

"Iya (karena sesak nafas)," ujarnya. (*)

Artikel ini ditulis Fahdi Fahlevi telah tayang di Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved