Simpang Ring Banjar
Janger Banjar Pegok Jadi WBTB, Ditarikan Saat Piodalan di Pura Kesuma Sari
Salah satu seni tradisi Banjar Pegok Denpasar yakni Tari Janger telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
Janger Banjar Pegok Jadi WBTB, Ditarikan Saat Piodalan di Pura Kesuma Sari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Nama Banjar Pegok, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, Bali, kini kian melambung.
Pasalnya, salah satu seni tradisi mereka yakni Tari Janger telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Tari Janger menjadi satu dari dua karya budaya yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda bersama Sate Renteng.
Penerimaan Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Nasional ini secara resmi akan diserahkan pada Acara Pekan Kebudayaan Nasional yang diadakan di Jakarta pada tanggal 7-12 Oktober tahun 2019.
Ditetapkannya Tari Janger sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini tak lepas dari keajegan para krama Banjar Pegok dalam menjaga tradisi leluhur yang diperkirakan sudah ada sejak 1936 itu.
Kelian Adat Banjar Pegok, I Made Widra mengatakan mereka memastikan tradisi ini tidak akan pernah hilang karena menjadi syarat utama dalam ritus piodalan setiap tahunnya.
Tari Janger ini dipentaskan dalam rangkaian upacara piodalan di Pura Kesuma Sari Banjar Pegok yang jatuh pada Purnama ke-empat.
Pertunjukan ini selalu dibawakan oleh 12 pasang muda-mudi Banjar Pegok yang terdiri dari penari laki-laki (Kecak) dan penari perempuan (Janger).
"Biasanya ditampilkan pada tiga hari setelah piodalan Pujawali Ida Bhatara, namanya prosesi nyolahan diawali dengan Tari Janger. Dengan ending Tarian Sakral Barong Ket dan Rangda,'' kisahnya kepada Tribun Bali.
Menurut dia, Tari Janger merupakan tradisi sakral yang harus dilakukan saat piodalan.
Pernah suatu ketika, kisah dia, para leluhur banjar didera wabah yang mengakibatkan kematian beruntun.
''Semacam ada wabah, kalau bahasanya sekarang Kejadian Luar Biasa (KLB). Warga banjar didera kematian bertubi-tubi, setiap jam setiap hari. Maka dari itu, tradisi ini selalu ditampilkan tiap tahun,'' katanya.
Dalam buku Kaja dan Kelod, kata Janger diartikan sebagai keranjingan cinta.
Cikal bakal pertunjukan Janger berasal dari tari Sanghyang.