Warga Tangkap 13 Pelajar, Dua Kelompok Remaja Janjian Bentrok di Klungkung
Sebelum bentrok terjadi, polisi dalam peristiwa tersebut menangkap 13 remaja dari dua desa berbeda kabupaten
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
Warga Tangkap 13 Pelajar, Dua Kelompok Remaja Janjian Bentrok di Klungkung
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - I Gede AWG (14) bersandar di pilar teras Kantor Satreskrim Polres Klungkung, Minggu (13/10/2019).
Warga Desa Besan ini harus menyusul ke kantor polisi setelah teman-temannya ditangkap saat akan bentrok di jembatan perbatasan Desa Manduang, Klungkung dan Desa Aan, Banjarangkan, Sabtu (12/10/2019) malam.
Gede mengaku hanya bersolidaritas kepada rekannya yang akan berduel karena masalah perundungan.
Sebelum bentrok terjadi, polisi dalam peristiwa tersebut menangkap 13 remaja dari dua desa berbeda kabupaten.
"Saya hanya mengantar teman saya saja. Katanya mau berduel karena di-bully," ujar I Gede AWG dengan suara pelan.
Raut wajah Gede saat itu tampak sayu.
Siswa kelas IX di sebuah SMP Negeri di Dawan ini berhasil kabur setelah warga memergoki ia dan rekan-rekannya yang hendak berkelahi di Desa Manduang.
"Banyak orang yang saat itu di lokasi. Kami kabur setelah warga datang. Ada beberapa teman juga ditangkap warga," jelasnya.
Tidak hanya Gede, kemarin orangtua para remaja yang ditangkap berkumpul di Kantor Satreskrim Polrea Klungkung.
Mereka hendak menengok anak-anaknya yang harus menginap di kantor polisi.
Kelompok pemuda yang ditangkap berasal dari dua kabupaten berbeda.
Tiga pemuda yang diamankan berasal dari Desa Besan, Dawan, Klungkung.
Sementara 10 remaja lainnya berasal dari Banjar Delod Yeh, Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Kapolsek Klungkung, Kompol I Nyoman Suparta menjelaskan, kejadian ini terjadi sekitar pukul 22.00 Wita.
Saat itu masyarakat di Desa Manduang merasa curiga karena gerombolan remaja ramai-ramai melintas saat malam hari.
Bahkan jumlahnya menurut warga sekitar jumlahnya sampai puluhan.
"Masyarakat curiga, karena malam-malam ada gerombolan anak-anak melintas di desa Manduang," ujar Suparta.
Warga yang curiga lalu mengikuti gerombolan remaja tersebut dan ternyata mereka berkumpul di jembatan perbatasan antara Desa Manduang, dan Desa Aan.
Lokasinya tidak jauh dari Setra Manduang.
Gerombolan remaja yang didominasi siswa SMP dan SMA ini, terbagi menjadi dua kelompok.
Mereka sengaja berkumpul di lokasi tersebut karena sepi dan rencananya akan menjadi lokasi untuk berkelahi.
"Mereka belum sempat memulai perkelahian, dan warga sekitar sudah sigap dengan membubarkan dan mengamankan anak-anak tersebut," jelas Suparta.
Puluhan remaja tersebut lalu lari tunggang langgang saat diamankan warga.
Sekitar 13 remaja, berhasil diamankan warga sekitar dan dibawa ke Balai Banjar Jero Manduang.
Sementara beberapa anak lainnya berhasil kabur.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, warga lalu menghubungi polisi.
Mereka kemudian digiring ke Polsek Klungkung untuk dimintai keterangan.
Bahkan ada yang masih berusia 12 tahun atau kelas VI SD yang juga dimankan kepolisian.
Dari hasil interogasi, dua kelomopok remaja berbeda desa ini memang hendak bentrok.
Pemicunya hal sepele, karena masalah ejek-ejekan di sekolah.
Saling Ejek
Masalah ini bermula ketika I Ketut WAG (16) asal Desa Besan, saling ejek dengan I Putu APG (15) asal Desa Takibeng, Sidemen.
Keduanya bersekolah di salah satu SMK Swasta di Klungkung.
Karena saling tidak terima, mereka sepakat untuk berduel.
Ketut WAG dan Putu APG membawa serta teman-teman di desanya masing-masing ketika akan berduel.
Awalnya disepakati duel dilakukan Setra Paksebali, Dawan.
Hanya saja karena di Setra Paksebali malam itu ramai, duel disepakati berpindah ke jembatan Desa Manduang.
Sementara Kasat Reskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan mengungkapkan, kasus ini masih didalami pihak kepolisian.
Hari ini rencananya akan diadakan pertemuan bagi para orangtua yang anaknya terlibat dalam peristiwa tersebut.
Tidak hanya mengamankan 13 remaja, kepolisian juga mengamankan sembilan sepeda motor.
Ngaku Makemit untuk Berkelahi
Wakapolres Klungkung, Kompol Ida Bagus Dedi Januartha mengatakan, kejadian ini akibat kurangnya perhatian dan pengawasan para orangtua terhadap anaknya.
Sebelum kejadian itu, kelompok remaja dari Banjar Dekod Yeh, Desa Takibeng, Sidemen bahkan mengaku akan makemit di pura.
Mereka berangkat membawa pakaian adat lengkap sehingga orangtua mereka tidak merasa curiga.
"Orangtua harus curiga kalau ada anaknya yang keluar larut malam seperti itu. Awasi mereka, karena saat ini banyak sekali sumber informasi yang bisa menjerumuskan mereka ke hal negatif," pesan Ida Bagus Dedi kepada para orangtua kelompok remaja tersebut.
Ia juga menyebut, grup whatsapp ini membuat informasi sangat mudah dan cepat tersebar.
Polisi sedang mengecek isi dari ponsel kelompok remaja ini.
Ia khawatir, para remaja tersebut membentuk kelompok genk yang terorgaisir dalam grup whatup.
Dalam rentag waktu 10 hari ini, di Klungkung sudah terjadi dua kejadian nyaris bentrok yang melibatkan kelompok remaja.
Sebelumnya, ratusan remaja yang tergabung dalam di dua geng nyaris bentrok di sekitar Setra Tegal Linggah, tepatnya di dekat Kantor Lurah Semarapura Kangin, Kamis (3/10/2019) malam.
(*)