Kecanduan Gadget, Dokter Lely Ungkap Kasus yang Ditemui dari Depresi hingga Bunuh Diri
Di Bali ini, saya menemukan bahwa dari usia SD, SMP, dan SMA itu mereka sampai tidak mau sekolah, hari-harinya hanya diisi dengan bermain gadget.
Penulis: Noviana Windri | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -Saat ini gadget atau gawai merupakan kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga tidak bisa terlepas dari alat ini hingga menyebabkan kecanduan.
Meskipun orangtua tahu bahwa gawai menimbulkan dampak negatif, secara sadar orang tua juga memberikan gawai dan tidak sedikit yang menjadikannya sebagai pola asuh.
Dampak negatif yang diberikan akibat kecanduan gawai pun sangat beragam, misalnya anti sosial, mogok sekolah bahkan ada yang mengalami gangguan jiwa.
Seorang dokter ahli jiwa di RSUP Sanglah, dr. Lely Setyawati., Sp.KJ (K) menjelaskan bahwa kecanduan gawai pada anak usia SD, SMP, dan SMA bisa menyebabkan anak mogok sekolah, lupa waktu hingga bunuh diri.
• RSUP Sanglah Mulang Pekalem di Pantai Mertasari
• HUT Ke-74 Zeni Angkatan Darat Wujudkan “Yudha Karya Satya Bhakti”
"Di Bali ini, saya menemukan bahwa dari usia SD, SMP, dan SMA itu mereka sampai tidak mau sekolah, hari-harinya hanya diisi dengan bermain gadget. Ada juga yang sampai depresi, gangguan jiwa berat atau gila dan ada yang ingin bunuh diri," ungkapnya, Sabtu (19/10/2019).
Lebih lanjut, Leli mengatakan dampak negatif seperti yang sudah disebutkan di atas diakibatkan dari kecanduan game.
Bahkan, kecenderungan terprovokasi oleh game yang mengandung unsur kekerasan.
"Kalau untuk anak-anak, orangtuanya masih bisa menanggung memperhatikan di rumah. Kita lebih menyarankan hanya boleh rawat jalan. Datang seminggu sekali di poliklinik. Jika orangtuanya tidak mengatasi karena ditakutkan mencederai, lari, atau lompat pagar jadi kita rawat di rumah sakit," tambahnya.
Sementara, di Bali terdapat dua rumah sakit yang mampu merawat pasien gangguan jiwa yakni RSJ Provinsi Bali dan RSUP Sanglah.
• Periode Pertama Kepemimpinan Presiden Jokowi, Kasus HAM Masih Menjadi Catatan
• Pelebon Panglingsir Puri Agung Negara, Gung Benny Dikenal sebagai Tokoh yang Pluralis
"Di Bali hanya ada dua rumah sakit yang mampu merawat, di RSJ Provinsi Bali yang ada Bangli dan RSUP Sanglah. Sisanya belum siap merawat dan hanya melayani rawat jalan," paparnya.
Berdasarkan penelitian yang pihaknya lakukan, orang Indonesia memainkan gawai bisa mencapai 9 jam/hari.
"Kami menganjurkan bahwa gadget itu harus kita dikendalikan. Jangan gadget yang mengendalikan hidup kita.
Caranya saat jam kerja tetap harus kerja. Saat mengasuh anak tetap harus memberikan teladan yang baik. Saat dibutuhkan baru kita ambil untuk komunikasi," tutupnya.
Oleh karena itu, orangtua memiliki peranan penting tetap memegang kendali penggunaan gawai oleh anak.