Suardana Tewas Setelah Tertusuk Keris, Prajuru Desa Adat Seraya Evaluasi Ritual 'Ngurek'
Suardana menghembuskan napas terakhirnya di RSUP Sanglah, Denpasar, Jumat (1/11/2019) pukul 00.14 Wita.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Widyartha Suryawan
Korban sempat dilarikan krama ke Puskesmas Karangasem II lalu dirujuk ke RSUD Karangasem.
Dari pemeriksaan tim medis, diketahui Suardana mengalami luka tusuk sedalam 5 centimeter.
Informasinya tusukan keris bahkan sempat mengenai paru.
Suardana pun dirujuk ke RSUP Sanglah lantaran lukanya yang cukup dalam dan belum sadarkan diri.
Setelah mendapat perawatan intensif selama sehari, nyawa Suardana ternyata tak tertolong.
Ia akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dini hari kemarin.
Menurut Salin, info yang didapat sekitar lokasi kejadian, keris yang dipakai ngurek oleh korban sempat terjatuh ke tanah.
Secara niskala, kata Salin, keris yang sudah jatuh ke tanah tak bisa digunakan untuk ritual.
"Keris yang terjatuh, atau bersentuhan dengan keris lain, tak boleh dipakai," ungkapnya, sembari menambahkan keris tersebut dianggap sudah leteh sehingga bisa membahayakan.
Sebelumnya, kejadian serupa juga terjadi saat upacara di Bale Agung Desa Adat Seraya.
Warga tertusuk karena keris sempat bersentuhan dengan keris lain.
Gelar Rapat
Setelah kematian Suardana, prajuru Desa Adat Seraya menggelar paruman (rapat) di Bale Agung, tadi malam.
Desa Adat berencana memberikan tali kasih ke keluarga korban.
“Minimal beban keluarga korban terkurangi. Apalagi korban adalah keluarga tidak mampu dari sisi ekonomi,” ujar Salin.
Prajuru juga akan mengevaluasi ritual ngurek ini agar tidak sampai menimbulkan korban berikutnya.
“Kita akan lakukan koordinasi. Kita bahas keejadian ini agar tidak terulang lagi," kata Salin, yang juga seorang guru ini.
Terkait upacara mecaru di area Pura Segara di Celagi, akan dilakukan oleh pengempon pura. Namun pihaknya belum memastikan jadwalnya.
Saat ini krama masih fokus dalam proses pemakaman korban. Setelah itu baru membahas rencana mecaru. (*)