Dharma Wacana
Begini Pencerahan Ida Pandita Mengenai Surga dan Neraka Menurut Hindu
Ketika kita berbicara mengenai agama yang berintikan pada keyakinan, selalu ada konsep yang disebut kehidupan setelah kematian (eskatologi).
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda
TRIBUN-BALI.COM, -- Ketika kita berbicara mengenai agama yang berintikan pada keyakinan, selalu ada konsep yang disebut kehidupan setelah kematian (eskatologi).
Dalam ajaran agama Hindu, eskatologi tak hanya berhenti di surga atau neraka.
Hindu memiliki suatu lakasi conditioning daripada sebuah spirit.
Selama ini, ketika agama hadir, selalu memberikan penjelasan bahwa dunia ini bukan tujuan.
Dunia ini adalah dunia pelantara untuk menuju keabadian di alam niskala atau alam eskatologi.
Dalam pandangan agama semit, mereka meyakini surga itu merupakan tujuan akhir.
Berbeda dengan Hindu yang menganut paham abrahamit, moksa atau kemanunggalan antara atman dengan brahman lah tujuan akhirnya.
Dalam ajaran suatu pandangan agama di luar Hindu meyakini, surga dan neraka itu terjadi ketika dunia ini telah kiamat, sehingga mereka meyakini orang yang berbuat baik akan berada di surga abadi, dan orang yang berbuat buruk tersiksa di neraka abadi.
Dalam pandangan Hindu, surga dan neraka adalah dunia antara, yang terbentuk bukan hanya karena spiritual, tetapi juga kondisi mental.
Dalam artian, surga dan neraka itu merupakan keadaan pikiran.
Kalau kita kembalikan arti kata surga atau swarga, swar artinya terang dan ga artinya jalan. Di mana ada jalan terang?
Nah, untuk berbicara surga dan neraka, kita tidak hanya berbicara eskatologi atau alam akhirat.
Namun dalam kehidupan kita saat ini pun, manusia sudah mengalami surga dan neraka.
Dalam pandangan agama Hindu, terutama yang berlandaskan pada kitab-kitab purana, surga dan neraka merupakan kondisi yang dialami oleh seluruh roh ketika dia mengalami proses kematian.