Abu-abu Kisah Perkawinan Jaya Pangus dengan Kang Cing We, Akan Digelar Seminar untuk Meluruskannya

Paiketan Krama Bali, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia Provinsi Bali, dan INTI Bali akan menggelar seminar sejarah Dalem Balingkang.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Konferensi pers seminar Dalem Balingkang 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Paiketan Krama Bali, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Bali, dan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali akan menggelar seminar sejarah Dalem Balingkang.

Seminar ini akan digelar pada Selasa dan Rabu, 3 dan 4 Desember 2019 di Politeknik International Bali, Kediri, Tabanan.

Ketua panitia acara, Prof. I Nengah Duija yang juga guru besar IHDN mengatakan seminar ini merupakan jalan untuk mencari benang merah cerita Jaya Pangus dan putri Cina Kang Cing We.

Apakah itu merupakan fakta sejarah, migrasi kebudayaan ataukah sebuah pergulatan ideologi agama.

Akademisi Harap Ada Kesinambungan Produk Pertanian, Unud Gelar Seminar Pengembangan Agribisnis 2019

Dilengkapi Arena Bermain dan Fasilitas Olahraga, Kunjungan ke Taman Jagathkarana Meningkat

"Sebenarnya di masyarakat Bali sudah lumrah tentang hubungan Tionghoa dengan Bali, dalam kasus ini ikon yang dipersoalkan adalah perkawinan Putri Cina Kang Cing We dengan Raja Balingkang Sri Aji Jaya Pangus," kata Duija dalam konferensi pers di Denpasar, Kamis (28/11/2019) siang.

Sebab sampai saat ini hal tersebut masih simpang siur termasuk tentang pusat pemerintahan Sri Aji Jayapangus yang disebutkan di Dalem Balingkang padahal menurut fakta sejarah pusat kerjaan dalam prasasti disebutkan di Sukawana daerah sekitar Penulisan, Kintamani.

Pada seminar ini akan disampaikan pemaparan dari berbagai sudut pandang baik dari segi budaya, kajian efigrafi, seni, agama, maupun hal yang terkait dengan hubungan Tionghoa dengan Bali termasuk Jaya Pangus dan Kang Cing We yang menjadi ikon kesenian barong landung di Bali.

"Kami akan bahas, apakah Jaya Pangus yang berkuasa abad 11-12 punya kontribusi masuknya Tionghoa ke Bali. Kang Cing We itu siapa, maksud seminar ini apakah fakta sejarah, budaya, atau religius. Jikapun yang kita dapatkan bukan faktasejarah, paling tidak punya gambaran etnografi yang lengkap," katanya.

Ia mencontohkan, apakah betul Balingkang adalah pusat kerajaan saat itu.

Karena dalam prasasti tidak ada disebutkan hal tersebut termasuk pernikahan Jaya Pangus dengan Kang Cing We.

"Ini adalah konstruksi cerita yang berkembang.  Dalam prasasti disebutkan Sri Aji Jaya Pangus memiliki dua permaisuri yaitu Sasangka Induja dan Sasangka Cihna. Kata Cihna itulah yang kemungkinan disebut sebagai konstruksi Cina," katanya.

Padahal Sasangka Cina maupun Sasangka Induja itu artinya bulan atau candra dan Jaya Pangus sebagai surya.

Surya dan candra tersebut melambangkan dua kekuatan Siwa dan Budha.

Bahkan menurut Duija, dalam fakta sejarah arkeologi, orang Tionghoa sudah datang ke Bali sejak awal tarikh masehi atau pada abad pertama.

BDN Dewata Beri Tali Kasih pada Aipda Andrew, Anggota Polri yang Kehilangan Satu Kaki Saat Bertugas 

Apa Enaknya Jadi PNS? Anies Baswedan Sebut Gaji PNS Jakarta Rp 19 Juta, Berapa Sebenarnya Gaji PNS?

Di mana banyak saudagar Tionghoa yang datang ke Kintamani untuk membeli hasil perkebunan di Kintamani seperti kemiri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved