Bedah Ilmu Pengeleakan, Prof Dasi: UNHI Gudangnya Orang Sakti, Balian Sakti Ada, Profesor Banyak

Prof Dasi menganggap prodi ini sebagai bentuk kontribusi UNHI memajukan keunikan warisan ilmu pengetahuan Bali.

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali
Ilustrasi leak. 

Aksara Bali Jadi Dasar Pelajari Ilmu Leak

Orang Asing Lebih Tertarik Meneliti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Rencana pembentukan Prodi Ilmu Pengeleakan di UNHI Denpasar mendapat dukungan penuh dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Bali Nusra dan Direktorat Jenderal Pembinaan Masyarakat (Ditjen Bimas) Hindu Kementerian Agama RI.

Kepala LLDIKTI Wilayah VIII Bali Nusra, Prof. Nengah Dasi Astawa telah meminta Rektor UNHI agar segera mewujudkan prodi tersebut.

Bahkan ia meminta rektor mengirimkan nomor suratnya saja, maka rekomendasi langsung keluar.

“UNHI gudangnya orang sakti-sakti, balian sakti ada, profesor banyak. Cuma kita perlu mempersatukan energi untuk mewujudkan prodi ini,” kata Prof Dasi saat menghadiri seminar kemarin.

Ia menganggap prodi ini sebagai bentuk  kontribusi UNHI memajukan keunikan warisan ilmu pengetahuan Bali.

“Saya berkeyakinan dan percaya betul kalau Prodi Pengeleakan ini diangkat di UNHI dan benar-benar ditekuni secara serius, maka akan berdaya saing,” ujarnya.

Dia mengharapkan prodi ini menjadi mesin uang dan prodi unggulan UNHI karena orang-orang dari seluruh dunia pasti tertarik belajar ilmu ini.

Prof Dasi mengusulkan proses pembelajaran  mengarah pada teaching factory, bukan semata mempelajari ilmu pengeleakan di kampus, tetapi benar-benar  diaplikasika. Bahasis yang masuk Prodi Pengeleakan diwajibkan mempelajari bahasa dan sastra Bali.

Pada kesempatan yang sama Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI Prof  Ketut Widnya menyatakan UNHI telah melakukan langkah sangat berani dengan merancang Prodi Ilmu Pengeleakan karena pasti akan terjadi pro dan kontra di masyarakat.

Dia menyatakan siap memberikan rekomendasi begitu Prodi Pengeleakan ini diajukan. Prodi pengeleakan selanjutnya akan berada di wilayah Kementerian Agama RI.

Menurut Prof  Widnya, sebenarnya pengeleakan adalah ilmu kuno leluhur orang Bali. Tetapi di masyarakat mendapat stigma sebagai ilmu negatif. 

“Kalau nanti ilmu pengeleakan sudah menjadi prodi di UNHI, bisa meluruskan stigma bahwa ilmu  ini tidak selalu negatif,” kata Prof. Widnya.

Tugas berat UNHI selanjutnya, kata dia, adalah mengkaji ilmu pengeleakan secara ilmiah dan mudah dipahami  masyarakat. Menurutnya, prodi ini  bisa menyelamatkan budaya Bali.

Pembukaan Prodi Leak di UNHI disambut baik Penisepuh Perguruan Siwa Murti. Hanya prodi tersebut dikemas baik, lantaran kata leak di Bali berkonotasi negatif. Hal itu diungkapkan Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih, Selasa (3/12/2019) malam.

"Sebagai guru spiritual dan akademisi, keilmuan itu semua ajaran Siwa Sidanta atau tantrayana berawi. Jadi semestinya dikemas dengan baik," katanya.

Ia mencontohkan makanan khas Bali  yakni ada sate, lawar dan lainnya. Jika dikhususkan seperti lawar, terdapat beberapa macam komposisi,  misalnya darah, minyak, daging, kelapa, bumbu dan yang lain.

"Seperti darah, kalau kita bilang darah konotasinya pasti negatif. Karena darah itu mengerikan jika terlihat berserakan di jalan. Namun jika darah digunakan sebagai upacara pencaruan, maka darah itu tidak menjijikkan malah sangat berfungsi," katanya.

Seperti halnya pengeleakan, menurut dia memang  perlu dipelajari. Hanya jangan jor-joran. "Kalau kampus itu janganlah buat yang vulgar, jadi kemas sedikit, karena kita kan belajar ilmu," ujarnya.

Dia menyarankan, jika ingin serius mempelajari ilmu pengeleakan semestinya dibungkus ajaran Tantrayana Berawi.

"Di dalamnya kan kita tetap mempelajari Catur Sanak, Kande Empat, Nitah Aksara, Kiwa, Tengen dan sebagainya," jelasnya.

Suasana seminar dengan tema ‘Pengeleakan dalam Kajian Filsafat, Agama dan Ilmu pada Masyarakat Bali’ di Aula Rektorat UNHI Denpasar, Selasa (3/12/2019).
Suasana seminar dengan tema ‘Pengeleakan dalam Kajian Filsafat, Agama dan Ilmu pada Masyarakat Bali’ di Aula Rektorat UNHI Denpasar, Selasa (3/12/2019). (Tribun Bali/Wema Satya Dinata)

Di Jepang Ninja, di Bali Leak
Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta tak menampik selama ini masyarakat Bali menganggap ilmu leak berdampak negatif.

Padahal pengeleakan itu dasarnya adalah sastra. Sedangkan yang diyakini menjadi dewa sastra menurut kepercayaan Hindu adalah Dewi Saraswati.

Ia menyebut yang harus dikuasai ketika ingin mempelajari ilmu pengeleakan adalah menulis aksara Bali dan rerajahan karena aksara ini merupakan dasar pengeleakan.

“Kalau itu sudah dikuasai, maka orang itu akan mampu menekuni pengeleakan secara utuh,” kata Ngurah Harta di sela-sela seminar Pengeleakan dalam Kajian Filsafat, Agama dan Ilmu pada Masyarakat Bali  di Aula Rektorat Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Selasa (3/12/2019).

Ia berharap, UNHI dapat mencari formulasi awal mengenai sistem pembelajarannya jika program studi (prodi) Ilmu Pengeleakan ini dibentuk, apakah mulai dari belajar aksara atau lainnya. Prodi ini dapat mengikis stigma negatif leak.

I Gusti Ngurah Harta mengaku selama berkeliling Asia dan Eropa karena ilmu pengeleakan. Di Jepang ada Fakultas Ninja yang mirip ilmu pengeleakan.

Ilmu Ninja sifatnya rahasia tetapi ada orang-orang yang secara tidak vulgar menekuninya sehingga masih eksis hingga sekarang.

Menurut dia, orang asing lebih tertarik meneliti  ilmu pengeleakan.

“Kita ingin menjauhi sedangkan mereka menemukan dan memformulasikan pengeleakan itu hingga akhirnya mereka tahu,” ujarnya.

Ngurah Harta akan mendatangkan anak didiknya di Eropa dan Asia untuk belajar ilmu leak di Bali jika Prodi ini sudah ada di UNHI Denpasar.

Praktisi Ilmu Kebatinan Bali, Komang Indra Wirawan menyampaiakan secara prinsip dalam ilmu pengeleakan ada teks dan konteks.

Secara teks, tidak ada definisi leak secara pasti. Tetapi menurut beberapa narasumber dan sebagai praktisi leak itu dapat disebut linggih aksara.

 “Yang dibicarakan dalam teks itu adalah pengiwa dan penengen, teluh desti nerangjana dan sebagainya,” kata pria yang akrab disapa Komang ‘Gases’ ini.

Menurutnya, leak memiliki dualitas, tetapi sejatinya saling melengkapi, misalnya Rwa Bhineda, kiwa tengen, baik buruk dan lain-lain. Disamping itu ada yang menyebut leak ini sebagai sifat.

“Maka Prodi Leak ini diharapkan dapat meluruskan arti leak,” tuturnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved