BPJamsostek Terus Dekati Pekerja Informal Jadi Peserta Jaminan Sosial
BPJamsostek Cabang Bali Denpasar, terus berupaya mengedukasi dan sosialisasi pekerja informal agar ikut menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
BPJamsostek Terus Dekati Pekerja Informal Jadi Peserta Jaminan Sosial
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – BPJamsostek Cabang Bali Denpasar, terus berupaya mengedukasi dan sosialisasi pekerja informal agar ikut menjadi peserta jaminan sosial ketenagakerjaan.
Berdasarkan data, target akusisi tenaga kerja BPU atau informal mencapai 27.258 pekerja.
Namun realisasi sampai 14 November 2019, baru sekitar 23.703 pekerja atau 86,96 persen.
Ia berharap ke depan pekerja informal akan semakin banyak.
Puspita Wulandari, Anggota Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, mengatakan BPJamsostek harus lebih kreatif dan inovatif dalam menggaet pekerja informal ini.
Ia menyebutkan, angkatan kerja di Indonesia mencapai 130 juta lebih, sehingga potensi kepesertaan cukup besar.
“Jadi potensi masih banyak, dan bisa digarap seperti pekerja informal atau BPU. Dengan adanya kemajuan teknologi internet, digital ekonomi ini, menjadi tantangan sangat menarik juga,” katanya, Jumat (6/12/2019).
Sebab kemajuan teknologi dan digital, melahirkan banyak start up dan usaha di bidang online.
Sehingga para milenial lebih senang bekerja di sektor informal, ketimbang formal.
Semisal berjualan online, menjadi selebgram, dan sebagainya.
“Ini membuat rekan di BPJamsostek harus mempunyai inovasi dan kreasi bagaimana bisa meraih mereka,” ujarnya.
Apalagi momen Hari Jadi BPJamsostek ke-42, sesuai dengan cita-cita agar seluruh pekerja di Indonesia selain ASN bisa ter-cover jaminan sosial ketenagakerjaan.
• BPJS Akui Telah Bekerjasama dengan 62 RS, 3 Kabupaten di Bali Masih Kekurangan Dokter
• Pemprov Anggarkan Rp 297 M Bayar PBI Tahun 2020, 95,95% Penduduk Bali Sudah Miliki BPJS Kesehatan
“Kemudian tekanan perekonomian kian meningkat, pada skala global dan pertumbuhan ekonomi dunia diramalkan menurun dari 3,3 persen menjadi 3 persen. Ini merambah ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” katanya.
Dampaknya beberapa perusahaan mengurangi pegawainya, atau menutuup gerai dan usahanya karena lebih melayani online.