Menggali Narasi dalam Pameran ART • BALI 2019 'Speculative Memories'

Pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 masih terbuka untuk umum hingga 13 Januari 2020 mendatang.

Editor: Ni Ketut Sudiani
TRIBUN BALI/AA SERI KUSNIARTI
Pengunjung tengah menyaksikan karya para seniman yang ditampilkan dalam pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 di AB•BC Building yang berlokasi di Bali Collection, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali. Pameran ini berlangsung hingga 13 Januari 2020. Menggali Narasi dalam Pameran ART • BALI 2019 'Speculative Memories' 

Menggali Narasi dalam Pameran ART • BALI 2019 'Speculative Memories'

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 yang diresmikan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, pada 12 Oktober 2019 lalu, masih terbuka untuk umum hingga 13 Januari 2020 mendatang.

Eksibisi digelar di AB•BC Building yang berlokasi di Bali Collection, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali. Sebanyak 32 seniman Indonesia dan mancanegara terlibat dalam pameran yang mengangkat  tema “Speculative Memories” (Ingatan-Ingatan Spekulatif) ini.

“Para seniman yang terlibat benar-benar mempertimbangkan konten dan memberikan wawasan kepada kita tentang berbagai tantangan yang dihadapi Bali dan Indonesia serta kemanusiaan di dunia,” ujar kolektor seni, Stephen Saul.

Para kreator yang turut dalam pameran kali ini di antaranya Agung 'Agugn' Prabowo (Bali),  Arahmaiani (Yogyakarta), Ari Bayuaji (Kanada/Bali), Ashley Bickerton (AS/Bali),  Budi Agung Kuswara (Bali), Davina Stephens (Selandia Baru/Bali), Davy Linggar feat Tulus (Jakarta), dan Deden Hendan Durahman (Bandung). 

Pengunjung tengah menyaksikan karya para seniman yang ditampilkan dalam pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 di AB•BC Building yang berlokasi di Bali Collection, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali. Pameran ini berlangsung hingga 13 Januari 2020.
Pengunjung tengah menyaksikan karya para seniman yang ditampilkan dalam pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 di AB•BC Building yang berlokasi di Bali Collection, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali. Pameran ini berlangsung hingga 13 Januari 2020. (TRIBUN BALI/AA SERI KUSNIARTI)

Seniman lainnya yang karyanya ditampilkan adalah Elia Nurvista  (Yogyakarta),  Faisal Habibi (Bandung), Franziska Fennert  (Jerman/Yogyakarta),  I Gusti Ngurah Udianata (Bali), I Made A Palguna (Bali),  I Wayan Sudarna Putra (Bali), dan I Wayan Sujana 'Suklu' (Bali). 

Selain nama-nama tersebut, turut pula hadir karya Ida Bagus Putu Purwa (Yogyakarta), Indieguerillas (Yogyakarta),  J Ariadhitya Pramuhendra (Bandung), Jumaldi Alfi (Yogyakarta), Kemalezedine (Bali),  Komunitas Patung Padas Batubelah (Bali), Maharani Mancanagara (Bandung),  Mujahidin Nurrahman (Bandung), Nurrachmat Widyasena (Bandung),  Putu Marmar Herayukti (Bali), Putu Sutawijaya (Yogyakarta), 
Setu Legi (Yogyakarta), Takashi Kuribayashi (Jepang/Yogyakarta), Tisna Sanjaya (Bandung),  Wimo Ambala Bayang (Yogyakarta), Yaya Sung (Jakarta), dan Yunizar (Yogyakarta). 

Dalam pameran tersebut, ART • BALI 2019 menghadirkan karya-karya seni visual dalam pelbagai presentasi medium yakni lukisan, instalasi, dan karya-karya dengan media seni baru. Total karya keseluruhan adalah 49 terdiri dari 25 karya dua dimensi dan 5 karya tiga dimensi serta 19 karya merupakan instalasi/multimedia/video/dan media lainnya.

Kurator pameran, Ignatia Nilu dan Rifky Effendi, menyatakan bahwa tema “Speculative Memories” mengajak  seniman menggali narasi, khususnya dari aspek kesejarahan yang ditafsir dalam ‘ingatan-ingatan spekulatif”. Narasi tersebut tercipta atau dinyatakan ulang melalui upaya mengelaborasi serta mengkritisi peristiwa maupun fenomena global melalui eksplorasi atas berbagai ingatan, baik yang personal maupun kolektif.

Dengan berbagai upaya penggalian, masing-masing karya membentuk realitasnya sendiri berdasarkan ingatan yang juga dibentuk oleh potongan kisah-kisah kecil yang selama ini terpendam, terhanyut, ditemukan dan dihadirkan saat ini bersama kita.

“Dari sini dapat kita lihat berbagai kisah dan kenyataan yang tidak melulu linier, namun kerap kali liris tetapi berperan bersama dalam menumbuhkan perjalanan atas kemanusiaan dan hidup bersama,” kata Rifky Effendy.

Pengunjung tengah menyaksikan karya para seniman yang ditampilkan dalam pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 di AB•BC Building yang berlokasi di Bali Collection, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali. Pameran ini berlangsung hingga 13 Januari 2020.
Pengunjung tengah menyaksikan karya para seniman yang ditampilkan dalam pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 di AB•BC Building yang berlokasi di Bali Collection, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali. Pameran ini berlangsung hingga 13 Januari 2020. (TRIBUN BALI/AA SERI KUSNIARTI)

Seniman, budayawan, dan tokoh pendidik, Prof Dr I Made Bandem mengungkapkan bahwa pameran ini sangat inspiratif terutama dalam perspektif seni kontemporer.

“Kalau Anda pergi ke museum-museum di Bali, kebanyakan museum-museum tersebut mengambarkan evolusi seni rupa Bali dari prasejarah sampai sekarang di era modern. Tetapi tidak ada museum yang khusus mengenai seni kontemporer. Saya rasa Art Bali akan menjadi pengarah untuk pengembangan seni kontemporer kita terutama di Bali,” ujarnya.

Sementara itu, kritikus seni rupa asal Milan, Italia, Maurizio Bortolotti, yang juga peneliti dan kurator beragam project seni dan pameran internasional di berbagai negara, menyatakan pameran Art Bali penting sebagai suatu langkah ke depan untuk seni dan budaya kontemporer di Indonesia, bahkan untuk Asia Tenggara.

“Ini adalah usaha untuk mengembangkan seni rupa Indonesia dan ekosistemnya, terutama di Bali,” ujar Direktur Art Bali, Heri Pemad. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved