Hari Raya Natal
Melihat Prosesi Misa di Gereja Tertua di Bali, Semua Kenakan Pakaian Adat, Ada Gebogan Hingga Penjor
Sejumlah ornamen gereja juga dengan style Bali. Berbagai hiasan seperti penjor juga menghiasi gereja ini
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Huda Miftachul Huda
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG– Hampir mayoritas jemaat di Gereja Paroki Tritunggal Maha Kudus, di Banjar Tuka, Desa Dalung, Kuta Utara, Badung mengenakan pakaian adat Bali.
Sejumlah ornamen gereja juga dengan style Bali. Berbagai hiasan seperti penjor juga menghiasi gereja ini.
Suasana misa dalam perayaan Natal di Gereja Paroki Tritunggal Maha Kudus, ini sangat berbeda dibanding gereja lainnya.
Terlebih sebagian besar jemaat yang datang menggunakan pakaian adat Bali lengkap.
Pantauan di lokasi, tidak hanya jemaat yang datang menggunakan pakaian adat Bali, beberapa panitia perayaan Hari Raya Natal pun menggunakan pakaian Bali lengkap dengan udengnya.
• Kapolda Bali dan Kapolresta Denpasar Ibadah Natal di Gereja GPIB Ekklesia Kuta
• Bingung Libur Natal dan Tahun Baru 2020 Mau Kemana? Pergi Saja ke Natural Hot Spring Pool Buleleng
Selain menggunakan pakaian adat Bali, Gereja yang disebut sebagai gereja pertama dan tertua di Bali itu pun memiliki ornamen Bali dan menggunakan hiasan-hiasan Bali dalam perayaan natal 2019 ini.
Ketua Panitia Natal di Gereja Paroki Tritunggal Maha Kudus, I Wayan Edi Yudiyana mengatakan Natal kali ini di Gereja Tuka mengambil Tema “Hiduplah Segai Sahabat Bagi Semua Orang”.
Tema ini diangkat untuk meningkatkan rasa kerukunan antar umat beragama.
Ia pun menjelaskan di Gereja Paroki Tritunggal Maha Kudus pada Natal 2019 melaksanakan misa dua kali yang dilaksanakan pada pukul 06.00 Wita dan pukul 08.00 Wita.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya kita tetap konsisten merayakan Natal dengan menggunakan nuansa adat Bali,” ujarnya saat ditemui usai pelaksanaan misa.
Nuansa yang dimaksud dalam perayaan tersebut yakni, menggunakan hiasan dan beberapa sarana yang identik dengan adat orang Bali.
“Bisa dilihat, hiasan yang identik dengan adat Bali itu kita gunakan seperti, ider-ider, saput adegan, gebogan , penjor termasuk menggunakan pakaian adatnya,” bebernya.
Penggunaan ornamen adat Bali menurutnya adalah akar budaya Bali sebagai bentuk kelestarian terhadap Budaya yang ada.
Bahkan pihaknya mengatakan pada masyarakat maupun jemaat yang datang tidak mempermasalahkan penggunaan pakaian adat Bali tersebut.
“Sebenarnya dari dulu, atau dari gereja ini berdiri, penggunaan busana adat itu sudah digunakan. Hanya saja karena sekarang sudah modern, penggunaan pakaian adat ini sering digunakan pada hari raya besar,” jelasnya sembari mengatakan mungkin mencari praktisnya sekarang.
Hanya saja Edi Yudiyana yang juga merupakan Sekretaris DPP Tritunggal Mahakudus Tuka, Dalung itu mengatakan tetap menghimbau umatnya untuk menggunakan pakaian adat Bali.
“Kalau dia tidak dari Bali, mungkin dia juga bisa menggunakan pakaian dari daerahnya sendiri,” pungkasnya.
Salah satu jemaat Ninik Wibowo yang hadir pada misa dan menggunakan pakaian adat mengatakan sebagai umat beragama pihaknya harus menghargai adat dan istiadat yang ada.
• 4.500 Jemaat Rayakan Natal di GPIB Maranatha Denpasar, Di Kuta Utara Jemaat Ziarah Makam
• Perayaan Hari Natal 2019 di Lapas Perempuan Denpasar, Lili: 16 Napi Dapat Remisi
Menurutnya jika sudah tinggal di Bali, juga harus menghargai adat yang ada di bali.
“Jadi perayaan ini kan bisa dikatakan memadukan dengan budaya lokal. Apalagi kita sekarang tinggal di Bali kan tentu sudah menjadi orang Bali,” katanya.
Perempuan yang mengaku tinggal di Bali dari tahu 1978 itu mengakui dalam perayaan besar yang ada, penggunaan pakaian adat Bali itu memang diharapkan oleh penyelenggara untuk menggunakan pakaian adat Bali.
Bahkan ia mengaku, penggunaan pakaian adat Bali sejatinya tidak ada masalah.
Pasalnya sesuai perbup hari Kamis juga menggunakan pakaian adat Bali.
“Kita sudah bisa seperti peraturan gubernur itu, yakni hari Kamis, purnama, tilem kita sudah biasa menggunakan pakaian adat. Tidak canggung dan malah saya senang sekalai menggunakannya,” pungkasnya. (*)